
Asing Sudah Kabur Rp 17 T, Ini Kunci Agar Investor Betah

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana asing yang keluar (net sell) dari pasar saham Tanah Air sudah menembus Rp 17,41 triliun hingga Kamis ini (3/10/2019) dari awal tahun atau year to date. Dalam 5 hari perdagangan terakhir, data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, net sell mencapai Rp 1,52 triliun di pasar reguler.
Aksi jual bersih investor asing berkaitan dengan sejumlah sentimen eksternal dan internal sehingga membuat investor H2C alias harap-harap cemas. Dari global, tekanan kian kuat setelah perang dagang AS-China terus mengemuka, ditambah dengan potensi resesi di AS.
Sementara dari dalam negeri, pelaku pasar dikhawatirkan belum kondusifnya suasana lantaran beberapa kali Indonesia dikepung aksi demontrasi mahasiswa dan berbagai elemen yang berujung pada aksi anarkis, buntut dari protes terhadap beberapa RUU bermasalah dari pemerintahan Joko Widodo.
Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal menilai ada dual hal yang bisa dilakukan pelaku usaha agar keyakinan pelaku pasar, termasuk investor asing, tetap berinvestasi di Indonesia. Dengan kata lain, market confidence investor diupayakan agar tetap terjaga.
Pertama, korporasi di Indonesia dinilai harus lebih antisipatif terhadap sejumlah tekanan yang bersumber dari global dengan melakukan penyesuaian, salah satunya adalah rencana bisnis yang berkelanjutan.
"Kemarin [pekan ini] Bu Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah menyesuaikan asumsi makro, ini penting bagi perusahaan untuk lebih antisipatif karena akan mempengaruhi dari kinerja keuangan," kata Mohammad Faisal, ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (3/10/2019).
Hal lain yang juga dicermati Faisal, ialah korporasi juga dapat menjaga daya saing mereka, baik di dalam maupun di luar negeri. Menjaga daya saing ini dilakukan agar bisa berdampak positif bagi prospek usaha ke depan.
Di sisi lain, Ketua Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI), Octavianus Budianto menambahkan, tekanan sentimen dari global cukup kuat yang memaksa IHSG belum mampu bertahan di level kuat.
Tekanan global yang kuat itu terindikasi dari pertumbuhan ekonomi di beberapa negara yang cenderung melambat seperti di Italia, Inggris dan Jerman. Kondisi ini juga turut dirasakan sejumlah negara di Asia seperti Hong Kong dan Singapura.
Menurut dia, bukan tidak mungkin, bila stabilitas politik di dalam negeri tidak kondusif, kekhawatiran pelaku pasar akan semakin meningkat. Alhasil, aliran modal asing justru akan keluar ke negara yang dianggap aman alias safe haven.
"Kalau kondisi dalam negeri tidak kondusif akan makin memperparah keadaan dan investor jadi takut, sehingga memilih wait and see atau keluar dari market," kata Oky yang juga Dirut Kresna Sekuritas ini, di Jakarta, Kamis ini.
Sempat keluar dari level 6.000, IHSG terendah sejak Mei
(tas) Next Article Ini Momen Nahas Kala IHSG Jatuh dalam 10 Tahun Terakhir
