
Reli Harga SUN Mulai Tampak, Ditambah Rekor Asing Pula!

Naiknya harga SUN itu seiring apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang lain. Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 1,1 basis poin (bps) menjadi 7,28%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 2 Okt'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 1 Okt'19 (%) | Yield 2 Okt'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 2 Okt'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.702 | 6.707 | 0.50 | 6.6614 |
FR0078 | 10 tahun | 7.3 | 7.289 | -1.10 | 7.252 |
FR0068 | 15 tahun | 7.734 | 7.726 | -0.80 | 7.678 |
FR0079 | 20 tahun | 7.853 | 7.856 | 0.30 | 7.8198 |
Sumber: Refinitiv
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,05 poin (0,02%) menjadi 261,84 dari posisi kemarin 261,78.
Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 562 bps, menyempit dari posisi kemarin 565 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 1,9 bps hingga 1,66% dari posisi kemarin 1,64%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada seri 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, 3 tahun-5 tahun, dan 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi pada yield tenor 2 tahun-10 tahun yang sudah tidak terjadi lagi sejak awal bulan ini tepatnya 4 September, sebagai indikator yang lebih menegaskan bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 2 Okt'19 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 1 Okt'19 (%) | Yield 2 Okt'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 1.826 | 1.839 | 3 bulan-5 tahun | 32.6 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.556 | 1.558 | 2 tahun-5 tahun | 4.5 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.504 | 1.514 | 3 tahun-5 tahun | 0.1 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.498 | 1.513 | 3 bulan-10 tahun | 17.6 |
UST 2028 | 10 Tahun | 1.644 | 1.663 | 2 tahun-10 tahun | -10.5 |
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.029,63 triliun SBN, atau 38,64% dari total beredar Rp 2.664 triliun berdasarkan data per 1 Oktober.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 136,38 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 1,61 triliun, sedangkan sejak kemarin sebagai akhir September sudah surplus Rp 240 miliar.
Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak seperti koreksi yang terjadi di pasar ekuitas 1,35%, sedangkan rupiah masih menguat 0,11%. Dari pasar surat utang negara berkembang, mayoritas harga masih menguat sehingga yield mayoritas obligasi negara turun, mencerminkan investor global sedang memburu SUN negara berkembang.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 1 Okt'19 (%) | Yield 2 Okt'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.045 | 7 | -4.50 |
China | 3.163 | 3.155 | -0.80 |
Jerman | -0.557 | -0.545 | 1.20 |
Prancis | -0.261 | -0.262 | -0.10 |
Inggris | 0.471 | 0.512 | 4.10 |
India | 6.694 | 6.657 | -3.70 |
Jepang | -0.12 | -0.16 | -4.00 |
Malaysia | 3.323 | 3.293 | -3.00 |
Filipina | 4.651 | 4.663 | 1.20 |
Rusia | 7.02 | 7.03 | 1.00 |
Singapura | 1.75 | 1.735 | -1.50 |
Thailand | 1.455 | 1.52 | 6.50 |
Amerika Serikat | 1.644 | 1.663 | 1.90 |
Afrika Selatan | 8.355 | 8.35 | -0.50 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor