Sriwijaya Air di Ujung Tanduk: Tutup atau Jalan Terus?

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
30 September 2019 16:18
Kisruh kerja sama Sriwijaya Air Group dan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) berlanjut.
Foto: Direksi Sriwijaya (CNBC Indonesia/Syahrizal Sidik)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kisruh kerja sama Sriwijaya Air Group dan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) berlanjut. Direktur Quality, Safety, dan Security Sriwijaya Air Toto Soebandoro sudah memberikan rekomendasi kepada Plt Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson I. Jauwena agar maskapai ini setop operasi.

Surat rekomendasi itu bernomor 096/DV/INT/SJY/IX/2019 tertanggal 29 September yang juga diperoleh CNBC Indonesia. Dalam uraiannya, Toto menegaskan pemerintah dalam hal ini, Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan atau DGCA (Directorate General Civil Aviation), sudah mempunyai cukup bukti dan alasan untuk menindak Sriwijaya Air setop operasi karena berbagai alasan.

Manajemen Sriwijaya pun segera menggelar konferensi pers pada Senin siang (30/9/2019).

"Saya kan sudah bilang, [rekomendasi] ini adalah masukan untuk perusahaan khususnya Plt Presiden Direktur, saya memberikan masukan [Sriwijaya setop operasi] berdasarkan asessment. Ini bolanya ada di presdir," tegas Toto dalam kesempatan tersebut.

Tak hanya itu, dalam konferensi pers itu, sebanyak dua direksi Sriwijaya Air Group juga mundur dari jabatannya sebagai buntut dari pertikaian bisnis yang terjadi dengan Garuda Indonesia. Kedua direksi yang mundur tersebut, adalah Direktur Operasi Capt. Fadjar Semiarto dan Direktur Teknik Romdani Ardali Adang.


"Saya baca kolega saya mengundurkan diri, ini membuat saya shock, dia partner saya dalam menjalankan keselamatan di Sriwijaya. Saya tidak ingin membuat statement apa-apa dulu. Saya berjanji besok [Selasa] akan menyampaikan apa saja, 
saya akan koordinasi dengan kedua rekan saya," katanya.

"Mohon teman dapat memahami. Saya akan sampaikan hal-hal yang dalam ini jadi masalah," kata Toto lagi.

Terkait dengan respons pemegang saham, Toto mengatakan bahwa belum ada komunikasi dengan pemegang saham, "kewajiban saya dengan tiga direksi." 


Adapun soal surat rekomendasi Toto yang bocor ke publik, dia menegaskan sebagai profesional dia menjalankan apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya.

"Saya tidak ambil pusing dengan itu [surat bocor], saya sebagai profesional di mana saya berada saya akan menyampaikan apa yang saya temukan untuk masukan. [Presidr] belum ajak ketemuan."

Dalam rekomendasi yang disampaikan Toto, beberapa alasan yang membuat Sriwijaya disarankan berhenti beroperasi di antaranya Sriwijaya Air hanya mengerjakan line maintenance sendiri, dengan metode Engineer On Board (EOB) dengan jumlah engineer 50 orang, dengan komposisi 20 orang certifying staff, 25 orang RII (required inspection item) dan certifying staff, 5 orang management and control, dan personel tersebut dibagi dalam 4 grup.

Sriwijaya Air juga memiliki minimum stock consumable part dan rotable part di beberapa bandara yakni CGK (Cengkareng), SUB (Surabaya), KNO (Medan) dan DPS (Denpasar), sebagai penunjang operasi penerbangan.

Menurut Toto, Direktorat Quality, Safety Security akan mengeluarkan kebijakan, apabila tidak mampu menyediakan komponen yang diperlukan maka pesawat akan di berhentikan pengoperasiannya atau AOG alias Aircraft on ground.

Tak hanya itu, Sriwijaya Air juga hanya mempunyai kemampuan mengoperasikan 12 dari 30 pesawat udara yang dikuasai sampai dengan 5 hari ke depan (sejak tanggal 24 September 2019).


Dengan kondisi itu, lanjut Toto, maka dilanjutkan dengan pertemuan dan diskusi bersama Direktur Teknik pada 28 September 2019 untuk mendengar laporan dari pelaksana di lapangan, serta laporan dari inspektor Ditjen Perhubungan Udara yang terus mengawasi.

Dari hasil pertemuan tersebut, diketahui bahwa ketersediaan tools, equipment, minimum spare dan jumlah qualified engineer yang ada ternyata tidak sesuai dengan laporan yang tertulis dalam kesepakatan yang dilaporkan kepada Dirjen Perhubungan Udara (DGCA) dan Menteri Perhubungan.

"Sehubungan dengan hal tersebut di atas dan setelah diskusi dengan Direktur Teknik dan Direktur Operasi sebagai pelaksana safety, maka kami merekomendasikan Sriwijaya Air menyatakan setop operasi atas inisiatif sendiri (perusahaan) atau melakukan pengurangan operasional disesuaikan dengan kemampuan untuk beberapa hari ke depan, karena alasan memprioritaskan safety. Hal ini akan menjadi nilai lebih bagi perusahaan yang benar-benar menempatkan safety sebagai prioritas utama," ujar Toto.


Jajaran direksi Sriwijaya dirombak, Ada Apa?

[Gambas:Video CNBC]

 


(tas/tas) Next Article Sriwijaya Air Disarankan Setop Operasi, Ini 10 Alasannya

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular