Dikepung China-AS & Demonstrasi, Harga SUN Masih Santai

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
30 September 2019 13:31
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah menguat sejak pagi di tengah tekanan pasar keuangan global yang sedang terkena dampak sentimen negatif dari konflik Amerika Serikat (AS)-China yang memanas dan faktor demonstrasi di ibukota.

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 3,8 basis poin (bps) menjadi 3,8%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 30 Sep'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 27 Sep'19 (%)

Yield 30 Sep'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 27 Sep'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.746

6.708

-3.80

6.659

FR0078

10 tahun

7.333

7.301

-3.20

7.2791

FR0068

15 tahun

7.784

7.769

-1.50

7.7249

FR0079

20 tahun

7.891

7.864

-2.70

7.8456

Sumber: Refinitiv

Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 562 bps, menyempit dari posisi akhir pekan lalu 566 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 0,7 bps hingga 1,68% dari posisi akhir pekan lalu 1,67%.

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data terakhir Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.025,15 triliun SBN, atau 38,74% dari total beredar Rp 2.464 triliun berdasarkan data per 25 September.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 131,9 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 1,14 triliun, sedangkan sejak awal bulan dan asing masih surplus Rp 15,55 triliun.

Nilai kepemilikan asing itu baru mencatatkan rekor pada posisi 24 September yaitu dengan nilai kepemilikan Rp 1.026,62 triliun SBN, atau 38,79% dari total beredar Rp 2.646 triliun.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, mayoritas terkoreksi sehingga yield mayoritas obligasi negara naik.

 

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 27 Sep'19 (%)

Yield 30 Sep'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

7.06

7.05

-1.00

China

3.163

3.168

0.50

Jerman

-0.576

-0.573

0.30

Prancis

-0.284

-0.28

0.40

Inggris

0.501

0.484

-1.70

India

6.73

6.701

-2.90

Jepang

-0.239

-0.22

1.90

Malaysia

3.357

3.366

0.90

Filipina

4.749

4.749

0.00

Rusia

7.02

7.02

0.00

Singapura

1.739

1.743

0.40

Thailand

1.525

1.505

-2.00

Amerika Serikat

1.673

1.68

0.70

Afrika Selatan

8.32

8.295

-2.50

Sumber: Refinitiv



TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular