
Tensi Politik RI Memanas Lagi, IHSG Belum Pernah Hijau Sesi I

Dari dalam negeri, kinerja IHSG dibebani oleh kekhawatiran yang menyelimuti rilis angka inflasi periode September 2019. Data ini akan dirilis esok hari (1/10/2019) oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memproyeksikan pada bulan September justru terjadi deflasi sebesar 0,15% secara bulanan (month-on-month/MoM), sementara inflasi secara tahunan (year-on-year/YoY) diproyeksikan berada di level 3,52%.
Jika benar ada deflasi pada bulan lalu, maka akan menandai deflasi pertama sejak bulan Februari.
Pada periode Agustus 2019, BPS mencatat terjadi inflasi 0,12% secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan berada di level sebesar 3,49%.
Capaian tersebut berada di bawah konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan inflasi secara bulanan berada di level 0,16% dan inflasi secara tahunan berada di level 3,54%.
Rilis angka inflasi yang berada di bawah ekspektasi mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada di level yang relatif rendah. Apalagi, tanda-tanda lemahnya daya beli masyarakat juga ditunjukkan oleh indikator lain.
Melansir Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI) pada bulan lalu, penjualan barang-barang ritel periode Juli 2019 hanya tercatat tumbuh sebesar 2,4% secara tahunan (year-on-year/YoY), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu (Juli 2018) yang sebesar 2,9%.
Untuk bulan Agustus, angka sementara menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel hanya tumbuh 3,7% YoY, jauh di bawah pertumbuhan pada Agustus 2018 yang mencapai 6,1%.
Sebagai catatan, sudah sedari Mei 2019 pertumbuhan penjualan barang-barang ritel tak bisa mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan pada bulan Juni, penjualan barang-barang ritel terkontraksi 1,8% secara tahunan. Pada Juni 2018, diketahui ada pertumbuhan sebesar 2,3%.
Dikhawatirkan, rilis angka inflasi esok hari akan semakin mengonfirmasi lemahnya daya beli masyarakat Indonesia.
Hingga akhir sesi satu, indeks sektor barang konsumsi terkoreksi sebesar 0,64%, menjadikannya sektor dengan kontribusi negatif terbesar ketiga bagi IHSG setelah indeks sektor jasa keuangan yang melemah 0,62% dan indeks sektor industri dasar yang ambruk 1,29%.
Saham-saham konsumer yang banyak dilepas pelaku pasar hingga tengah hari di antaranya: PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-1,6%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-1,28%), PT Kimia Farma Tbk/KAEF (-1,37%), dan PT Mayora Indah Tbk/MYOR (-1,32%).
BERLANJUT KE HALAMAN 3 -> Indonesia Berpotensi Memanas Lagi
(ank/ank)