
Mandiri Manajemen Investasi Bidik Dana Kelolaan Rp 60 T
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
29 September 2019 16:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Mandiri Manajemen Investasi (MMI) menargetkan dana kelolaan pada akhir tahun nanti dapat mencapai Rp 60 triliun. Sampai dengan akhir Agustus lalu, dana kelolaan MMI sudah berada pada kisaran Rp 56 triliun hingga Rp 57 triliun.
"Jadi masih ada waktu kurang lebih tiga setengah bulan untuk kita bisa mengejar target sampai ke Rp 60 triliun. Tapi at least dari awal tahun kita di-starting di Rp 53 triliun. Sekarang kita ada di posisi Rp 56 triliun-Rp 57 triliun. Mudah-mudahan kita masih bisa mengejar," ujar Presiden Direktur MMI Alvin Pattisahusiwa kepada CNBC Indonesia.
Dalam paparannya, Alvin menjelaskan bahwa MMI berusaha juga untuk memperkenalkan produk-produk alternatif investasi ini sebagai alternatif bagi investor dalam hambatan investasi. Beberapa Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) sudah dirilis.
"Antara lain dengan Jasa Marga di tahun 2017 dengan ruas Tol Jagorawi. Di tahun 2018 kami keluarkan KIK EBA dengan PT Garuda Indonesia untuk pendapatan dari rute Jeddah dan Madinah. This is the first EBA Airline di Indonesia," kata Alvin. Kemudian kami juga mengeluarkan reksa dana penyertaan terbatas dengan Jasa Marga, ruas tol Semarang-Batang, Solo-Ngawi dan Ngawi-Kertosono di tahun 2018," lanjutnya.
Terbaru, MMI merilis KIK DINFRA yang baru-baru ini dicatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Yang menariknya adalah, sebelum produk KIK Dinfra ini keluar, tahun-tahun sebelumnya kami menawarkan produk alternatif investment ini hanya bagi nasabah istitusi. Kemudian pada waktu KIK Dinfra ini keluar di kuartal kedua tahun 2019 ini, kami berusaha untuk menarik minat dari investor ritel," ujar Alvin.
"Apakah ada sebenarnya minat dari investor ritel? Dan ternyata cukup minatnya besar. Bahkan pada saat kami melakukan penerbitan sebesar 1 triliun pada waktu itu, ini kalau misalnya kita lepas aja itu 100% terserap oleh investor ritel dan ini menggambarkan bagaimana animo dari investor ritel terhadap produk-produk alternatif investment, apalagi yang berbau infrastruktur," lanjutnya.
(miq/miq) Next Article Terungkap! Racikan Strategi Mandiri Investasi Saat Pandemi
"Jadi masih ada waktu kurang lebih tiga setengah bulan untuk kita bisa mengejar target sampai ke Rp 60 triliun. Tapi at least dari awal tahun kita di-starting di Rp 53 triliun. Sekarang kita ada di posisi Rp 56 triliun-Rp 57 triliun. Mudah-mudahan kita masih bisa mengejar," ujar Presiden Direktur MMI Alvin Pattisahusiwa kepada CNBC Indonesia.
Dalam paparannya, Alvin menjelaskan bahwa MMI berusaha juga untuk memperkenalkan produk-produk alternatif investasi ini sebagai alternatif bagi investor dalam hambatan investasi. Beberapa Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) sudah dirilis.
Terbaru, MMI merilis KIK DINFRA yang baru-baru ini dicatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Yang menariknya adalah, sebelum produk KIK Dinfra ini keluar, tahun-tahun sebelumnya kami menawarkan produk alternatif investment ini hanya bagi nasabah istitusi. Kemudian pada waktu KIK Dinfra ini keluar di kuartal kedua tahun 2019 ini, kami berusaha untuk menarik minat dari investor ritel," ujar Alvin.
"Apakah ada sebenarnya minat dari investor ritel? Dan ternyata cukup minatnya besar. Bahkan pada saat kami melakukan penerbitan sebesar 1 triliun pada waktu itu, ini kalau misalnya kita lepas aja itu 100% terserap oleh investor ritel dan ini menggambarkan bagaimana animo dari investor ritel terhadap produk-produk alternatif investment, apalagi yang berbau infrastruktur," lanjutnya.
(miq/miq) Next Article Terungkap! Racikan Strategi Mandiri Investasi Saat Pandemi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular