
Pak Jokowi, Suara Rakyat Telat Didengar IHSG Porak Poranda

Untuk diketahui, biasanya pelaku pasar tak merespons dengan besar aksi demonstrasi yang terjadi di Indonesia. Pasalnya, aksi demonstrasi tersebut biasanya tak berlangsung lama. Namun, yang terjadi kali ini berbeda. Sudah begitu lama suara rakyat tak didengar dan gelombang demonstrasi di seantero negeri tak bisa dibendung lagi.
Setelah demo berlarut-larut, akhirnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengambil tindakan. Jokowi akhirnya berdiskusi dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan hasilnya, sebagian permintaan demonstran dipenuhi yakni dengan membatalkan pengesahan RUU KUHP dan tiga RUU kontroversial lain.
Kepastian pembatalan pengesahan empat RUU tersebut datang pada hari Selasa (24/9/2019) dari Ketua DPR RI Bambang Soesatyo. Empat RUU yang dibatalkan pengesahannya adalah RUU KUHP, RUU Permasyarakatan, RUU Pertanahan dan RUU Minerba.
Kemudian kemarin (26/9/2019), Jokowi menggelar pertemuan dengan sejumlah tokoh bangsa dari berbagai elemen di Istana Kepresidenan. Pasca menggelar pertemuan, Jokowi mengungkapkan bahwa dirinya akan mempertimbangkan untuk menerbitkan Perppu untuk UU KPK yang sangat kontroversial.
"Ya tentu ini akan kita segera hitung kalkulasi dan nanti setelah kita putuskan akan kami sampaikan pada senior dan guru-guru saya yang hadir," kata Jokowi.
Namun bagi pasar saham, nasi sudah menjadi bubur. Investor, terutama investor asing, sudah berbondong-bondong menarik dananya keluar dari pasar saham tanah air. Terhitung dalam periode 12 September-25 September (10 hari perdagangan), investor asing selalu membukukan jual bersih di pasar reguler. Jika ditotal, nilai jual bersih investor asing dalam 10 hari tersebut mencapai Rp 5,1 triliun.
Kemarin, investor asing memang mencatatkan beli bersih di pasar reguler, namun nilainya terbilang minim yakni senilai Rp 218,4 miliar. Pada hari ini, Jumat (27/9/2019), investor asing sudah keluar lagi dari pasar saham Indonesia. Hingga pukul 11:00 WIB, nilai jual bersih investor asing di pasar reguler adalah Rp 149,3 miliar. Aksi jual investor asing pada hari ini mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selaku indeks saham acuan di Indonesia melemah 0,37% ke level 6.207,53.
Jika dihitung dalam periode 12 September hingga 26 September, IHSG melemah hingga 2,38%. Sejatinya, mayoritas indeks saham acuan dari negara-negara Asia lainnya juga melemah pada periode tersebut. Namun, koreksi IHSG menjadi yang keempat terdalam.
Bagi pelaku pasar, ketidakpastian memang merupakan salah satu ‘musuh’ utama sehingga wajar jika mereka ‘menghukum’ pasar saham tanah air.
Kedepannya, pasar saham Indonesia juga masih berada dalam posisi yang riskan. Kalangan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menolak mentah-mentah ajakan Jokowi untuk bertemu pada hari ini.
Kalangan mahasiswa menganggap, yang dibutuhkan saat ini bukanlah pertemuan melainkan sikap tegas kepala negara dalam memenuhi tuntutan dan aspirasi kalangan mahasiswa.
"Kami rasa tuntutan yang diajukan telah tersampaikan secara jelas di berbagai aksi dan jalur media. Sehingga sejatinya yang dibutuhkan bukanlah sebuah pertemuan, melainkan tujuan kami adalah sikap tegas bapak Presiden memenuhi tuntutan," tulis keterangan resmi BEM SI.
Mahasiswa menilai bahwa aspirasi yang disuarakan selama ini berasal dari kantung kegelisahan masyarakat akibat kebijakan pemerintah yang disebut tidak sesuai dengan keinginan masyarakat luas.
Selama ini, suara mahasiswa pun dianggap tidak banyak dipertimbangkan dalam proses pembuatan kebijakan negara. Hal ini mendorong mahasiswa datang kepada pemerintah menuntut ruang partisipasi bagi suara mahasiswa.
"Dalam sejarah lima tahun kepemimpinan Presiden Jokowi, ruang dialog dengan pemerintah sangat terbatas. Aliansi BEM SI pernah diundang ke Istana Negara satu kali pada 2015," tulis keterangan resmi BEM SI.
"Akan tetapi, undangan tersebut di ruang tertutup. Hasilnya jelas, gerakan mahasiswa terpecah. Kami belajar dari proses ini, dan tidak ingin menjadi alat permainan pengusaha yang sedang krisis legitimasi publik."
Semoga Jokowi bisa bertindak cepat untuk menyelesaikan seluruh masalah yang ada. Sudah terlambat memang, kericuhan sudah terjadi di mana-mana, pasar saham sudah porak-poranda, dan korban jiwa sudah berjatuhan.
But still, better late than never….
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank)