10 Hari Dibawa Kabur, Dana Asing Mulai Kembali ke RI

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 September 2019 13:39
10 Hari Dibawa Kabur, Dana Asing Mulai Kembali ke RI
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca keluar dari pasar saham tanah air selama 10 hari beruntun, investor asing pada akhirnya kembali lagi. Per akhir sesi satu perdagangan hari ini, Kamis (26/9/2019), investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 107,4 miliar di pasar saham tanah air (pasar reguler).

Aksi beli yang dilakukan investor asing sukses mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melaju di zona hijau. Mengawali perdagangan hari ini dengan apresiasi sebesar 0,36% ke level 6.168,67, IHSG tak pernah sekalipun merasakan pahitnya zona merah. Per akhir sesi satu, indeks saham acuan di Indonesia tersebut menguat 0,71% ke level 6.189,91.

Terhitung dalam periode 12 September-25 September (10 hari perdagangan), investor asing selalu membukukan jual bersih di pasar reguler. Jika ditotal, nilai jual bersih investor asing dalam 10 hari tersebut mencapai Rp 5,1 triliun.



Aksi jual terus dilakukan investor asing dalam periode 12 September-25 September salah satunya seiring dengan ketidakpastian yang bisa didapati di tanah air. Dalam beberapa waktu terakhir, gelombang demonstrasi terjadi di berbagai kota di Indonesia terkait dengan beberapa isu.

Isu-isu yang dimaksud di antaranya revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK) yang belum lama ini sudah disahkan oleh parlemen. Disahkannya revisi UU KPK dipandang oleh banyak pihak sebagai upaya yang sistematis untuk melemahkan posisi KPK, sebuah lembaga yang memiliki rekam jejak oke dalam hal pemberantasan korupsi di Indonesia.

Dipersulit dan dibatasinya penyadapan, dibatasinya sumber rekrutmen penyelidik dan penyidik, dan penuntutan perkara korupsi yang harus berkoordinasi dengan Kejaksaan Agung merupakan poin-poin yang meresahkan hati banyak pihak.

Pada hari Senin (23/9/2019) dan Selasa (24/9/2019), aksi demo besar-besaran digelar di Gedung DPR yang salah tujuannya adalah memprotes pengesahan revisi UU KPK. Tak hanya di Jakarta, aksi serupa bisa didapati dari Sumatera sampai Papua. Kemarin (25/9/2019), aksi demo kembali terjadi di Gedung DPR, melibatkan pelajar setingkat SMA.

Selain revisi UU KPK, aksi demo juga digelar guna menolak pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) masih ngotot ingin mengesahkan RUU KUHP di penghujung masa jabatannya, walaupun sejatinya Jokowi telah meminta agar DPR periode ini tidak mengesahkan RUU tersebut seiring dengan banyaknya penolakan dari kalangan masyarakat.

Wajar jika RUU KUHP mendapatkan penolakan dari kalangan masyarakat. Pasalnya, banyak pasal yang dinilai janggal di dalamnya, seperti pasal penghinaan presiden, pasal aborsi, dan pasal pengenaan denda untuk gelandangan.

Selain RUU KUHP, sejumlah RUU lainnya yang meresahkan masyarakat di antaranya adalah RUU Pemasyarakatan, RUU Ketenagakerjaan, dan RUU Minerba.

Kondisi di tanah air yang tak kondusif membuat nyali dari investor asing menjadi ciut. Mereka pun tak memiliki pilihan lain selain keluar dari pasar saham Indonesia.

Kini, situasi di Indonesia sudah relatif kondusif sehingga aksi beli mulai dilakukan kembali oleh investor asing. Kondusi yang sudah mulai kondusif ini terjadi seiring dengan kesepakatan antara pemerintah dan DPR untuk memenuhi sebagian permintaan demonstran dengan membatalkan pengesahan RUU KUHP dan tiga RUU kontroversial lain.

Kepastian pembatalan pengesahan empat RUU tersebut datang pada hari Selasa (24/9/2019) dari Ketua DPR RI Bambang Soesatyo. Empat RUU yang dibatalkan pengesahannya adalah RUU KUHP, RUU Permasyarakatan, RUU Pertanahan dan RUU Minerba.

BERLANJUT KE HALAMAN 2 -> Rupiah Sudah Tak Lagi Babak Belur

Rupiah yang sudah tak lagi babak belur ikut menjadi faktor yang membuat investor asing berani kembali mengoleksi saham-saham di tanah air. Hingga berita ini diturunkan, rupiah ditransaksikan flat di pasar spot di level Rp 14.145/dolar AS.

Walaupun tak menguat, setidaknya rupiah tak melemah seperti yang terjadi dalam tiga hari terakhir. Dalam periode 23-25 September, rupiah tercatat melemah sebesar 0,68% di pasar spot melawan dolar AS.

Kala rupiah melemah, apalagi dengan signifikan, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian kurs sehingga aksi jual di pasar saham menjadi opsi yang sangat mungkin diambil.

Kinerja rupiah pada hari ini tertolong oleh asa damai dagang AS-China yang kian terasa. Kemarin waktu setempat, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa kesepakatan dagang AS-China bisa datang lebih cepat “dari yang Anda pikirkan,” dilansir dari CNBC International.

Komentar dari Trump ini lantas melengkapi sentimen positif terkait dengan perkembangan hubungan AS-China di bidang perdagangan. Sebelumnya, pemberitaan dari Bloomberg menyebut bahwa China kini tengah bersiap untuk meningkatkan pembelian daging babi asal AS.

Saat ini, perusahaan-perusahaan asal China telah menanyakan harga kepada eksportir daging babi asal AS seperti Smithfield Foods dan Tyson Foods, seperti dilansir oleh Bloomberg dari sumber-sumber yang mengetahui masalah tersebut. Hingga saat ini, volume pembelian belum difinalisasikan, namun sumber tersebut menyebut bahwa jumlahnya bisa jadi berada di kisaran 100.000 ton, di mana sebagian akan dialokasikan untuk keperluan cadangan. 

Sejatinya, pembelian daging babi asal AS dengan volume yang lebih besar tersebut datang kala China selaku negara konsumen daging babi terbesar dunia memang membutuhkan pasokan tambahan. Pada tahun ini, harga daging babi di China telah meroket lebih dari 70% seiring dengan merebaknya wabah flu babi Afrika.

Namun, keputusan dari China ini juga dipandang sebagai etikat baik dari Beijing menjelang negosiasi dagang tingkat tinggi antar kedua negara yang rencananya akan digelar sekitar tanggal 10 Oktober.

Kesepakatan dagang AS-China memang menjadi kunci bagi kedua negara untuk menghindari yang namanya hard landing alias perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular