Laba Amblas 71% YoY, Saham TPIA Terpuruk ke Zona Merah

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
24 September 2019 10:35
kekecewaan investor akan kinerja keuangan perusahaan semester I-2019 yang mencatatkan penurunan laba signifikan.
Foto: Polyethylene Plant/Chandra Asri
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham produsen petrokimia, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), anjlok pada perdagangan awal sesi I Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini (24/9/2019) seiring dengan kekecewaan investor akan kinerja keuangan perusahaan semester I-2019 yang mencatatkan penurunan laba signifikan.

Pada pukul 10:20 WIB, harga saham TPIA terkoreksi 0,91% ke level Rp 8.175/unit saham dengan total nilai transaksi ada di Rp 9,48 miliar.

Perusahaan baru saja merilis laporan keuangan interim untuk paruh pertama tahun ini, di mana keuntungan yang dikantongi TPIA anjlok hingga 71,43% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi US$ 32,92 juta atau setara Rp 465,51 miliar (asumsi kurs Rp 14.141/US$).

Padahal pada periode yang sama tahun lalu, perusahaan mampu mencatatkan laba bersih sebesar Rp US$ 115,21 juta atau setara Rp 1,63 triliun.

Kinerja bottom line TPIA tertekan karena penurunan total pemasukan, rasio biaya bahan baku terhadap pendapatan yang meningkat, diikuti oleh kenaikan pada pos beban keuangan dan kerugian dari entitas asosiasi.

Hingga akhir Juni 2019, total pemasukan perusahaan turun 18,07% YoY menjadi US$ 1,05 miliar (Rp 14,9 triliun), dari capaian semester I-2018 yang tercatat sebesar US$ 1,29 miliar (Rp 18,19 triliun).

Dalam press release yang hari ini, manajemen perusahaan menyampaikan penurunan pendapatan mencerminkan realisasi harga jual rata-rata yang lebih rendah, terutama untuk Ethylene dan Polythylene. Pasalnya, secara umum volume penjualan perusahaan tercatat hanya turun tipis 0,75% dari 1,07 juta ton menjadi 1,06 juta ton.

Harga Ethylene turun didorong oleh pasar yang sepi karena liburan di China, Jepang, dan Idul Fitri di Asia Tenggara.

Kemudian pada periode yang sama, biaya bahan baku TPIA mencapai US$ 716,22 juta atau setara 67,97% dari total pemasukan. Padahal pada periode yang sama tahun lalu proporsi biaya bahan baku hanya 61,44%. Bertambahnya porsi biaya bahan baku otomatis menekan ruang pergerakan marjin laba kotor perusahaan.

Peningkatan biaya bahan baku disokong oleh kenaikan harga minyak mentah jenis Brent disebabkan pemangkasan pasokan oleh OPEC, rendahnya pasokan dari Venezuela dan Iran karena sanksi AS, serta masalah geopolitik di Timur Tengah.

Lebih lanjut, laba perusahaan juga terkikis oleh beban keuangan dan bagian rugi atas entitas asosiasi masing-masing mencatatkan kenaikan sebesar 16,7% YoY dan 57,27% YoY.

Dengan demikian, di akhir periode semester pertama tahun ini, marjin bersih yang mampu ditorehkan perusahaan hanya 3,12% dari sebelumnya 8,96% di semester I-2018.

Di lain pihak, posisi arus kas operasi TPIA per akhir Juni 2019 mencatatkan rapor merah dengan penggunaan sebesar US$ 42,12 juta terutama karena penerimaan kas yang lebih rendah dari pelanggan disebabkan realisasi harga jual yang lebih rendah.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Sah! Perusahaan Prajogo Pangestu Rights Issue Jumbo Rp 62 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular