Analisis

Rupiah Bisa Melemah Lagi, Tapi Tak Sampai Rp 14.100/US$ Kok

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 September 2019 12:34
Rupiah Bisa Melemah Lagi, Tapi Tak Sampai Rp 14.100/US$ Kok
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Namun, sepertinya rupiah tidak akan melemah sampai ke Rp 14.100/US$.

Pada Senin (23/9/2019) pukul 12:28 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.075. Rupiah melemah 0,18% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.


Rupiah gagal memanfaatkan dolar AS yang sedang melemah, tidak hanya di Asia tetapi juga di tataran global. Pada pukul 12:30 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,04%.

Investor berani mengambil risiko setelah terdengar kabar baik dari perundingan dagang AS-China. Pekan lalu, digelar pertemuan tingkat wakil menteri di Washington untuk membuka jalan menuju dialog level menteri awal bulan depan.

Mengutip Reuters, keterangan tertulis Kantor Perwakilan Dagang AS (US Trade Representative) menyatakan bahwa pertemuan pekan lalu berlangsung produktif. "AS menunggu kedatangan delegasi China untuk pertemuan tingkat menteri pada Oktober," sebut pernyataan itu.

AS juga menunjukkan niat baik dengan menghapus bea masuk untuk importasi sekitar 400 produk China. Perlahan, jalan menuju damai dagang AS-China semakin terbuka.

Meski kondisi eksternal global kondusif, ada satu yang mengganjal bagi rupiah, yakni kenaikan harga minyak mentah. Harga minyak jenis Brent menguat 1,6% dan jenis West Texas Intermediate (WTI) naik 1,1%.

Kenaikan harga minyak mentah disebabkan oleh situasi Timur Tengah yang masih saja panas. Serangan terhadap ladang minyak milik Saudi Aramco berbuntut panjang, dan bahkan bisa menyulut Perang Teluk Jilid III.

Akhir pekan lalu, AS memutuskan untuk menambah personel militer di Timur Tengah. Tujuannya memang bukan untuk perang, tetapi untuk memberikan efek jera alias menggertak.

"Misi kami adalah menghindari perang. Kalau Anda mendengar pernyataan Menteri Esper (Mark Esper, Menteri Pertahanan AS), maka tujuan kami menambah pasukan di wilayah tersebut adalah untuk memberikan efek jera dan sebagai upaya pertahanan. Kalau tidak jera juga, saya yakin Presiden Trump (Donald Trump, Presiden AS) akan melanjutkan langkah-langkah lain yang dipandang perlu," papar Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS, seperti diberitakan Reuters.

Kenaikan harga minyak mentah bukan kabar bagus bagi rupiah, beban impor berpotensi meningkat, dan tentunya bisa membuat defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang selama ini jadi 'hantu' bagi perekonomian Indonesia semakin membengkak.

Selain itu ada kemungkinan investor mencemaskan gaduh politik dan kerawanan keamanan dalam negeri. Hari ini setidaknya ada dua aksi massa yang terjadwal masing-masing di Jakarta dan Yogyakarta.

Di Jakarta, rencananya aksi massa akan terjadi di gedung DPR RI pada 23-24 September. Sementara di Yogyakarta, aksi massa akan dipusatkan di daerah Gejayan.

Saat situasi sosial-politik-keamanan sedang kurang kondusif, pelaku pasar tentu merasa tidak nyaman. Akhirnya ada saja yang memutuskan untuk keluar dulu sembari menunggu situasi tenang kembali.



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)


Jika Dalam Negeri Kurang Kondusif, rupiah Bisa ke Rp 14.090Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian 
Sumber: investing.com

Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di atas rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah). Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak naik tetapi masih di wilayah negatif.

Histogram sudah kembali memasuki wilayah positif. Melihat indikator tersebut, momentum penguatan rupiah mulai berkurang. 

Jika Dalam Negeri Kurang Kondusif, rupiah Bisa ke Rp 14.090Grafik: Rupiah (USD/IDR) 1 Jam
Sumber: investing.com

Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di kisaran MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator stochastic belum masuk ke wilayah jenuh beli (overbought) atau jenuh jual (oversold).

Rupiah bertahan di atas Rp 14.060/US$, level tersebut kini kembali menjadi support (tahanan bawah) terdekat. Selama tertahan di atas level tersebut, rupiah berpeluang melemah menuju Rp 14.090/US$. Depresiasi rupiah akan berlanjut jika level tersebut juga tertembus. 

Namun, kalau rupiah berhasil menguat ke bawah Rp 14.060/US$, maka Mata Uang Garuda berpeluang menguat ke level Rp 14.030/US$.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular