
Mata Uang Asia Menguat Lawan Dolar AS, Rupiah Masih Saja Loyo
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 September 2019 09:20

Namun mengapa rupiah masih saja lemas? Pertama, sepertinya ada kaitannya dengan harga minyak dunia. Pada pukul 08:38 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet melonjak masing-masing 1,28% dan 1,33%.
Kenaikan harga si emas hitam disebabkan oleh situasi Timur Tengah yang masih saja panas. Serangan terhadap ladang minyak milik Saudi Aramco berbuntut panjang, dan bahkan bisa menyulut Perang Teluk Jilid III.
Akhir pekan lalu, AS memutuskan untuk menambah personel militer di Timur Tengah. Tujuannya memang bukan untuk perang, tetapi untuk memberikan efek jera alias menggertak.
"Misi kami adalah menghindari perang. Kalau Anda mendengar pernyataan Menteri Esper (Mark Esper, Menteri Pertahanan AS), maka tujuan kami menambah pasukan di wilayah tersebut adalah untuk memberikan efek jera dan sebagai upaya pertahanan. Kalau tidak jera juga, saya yakin Presiden Trump (Donald Trump, Presiden AS) akan melanjutkan langkah-langkah lain yang dipandang perlu," papar Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS, seperti diberitakan Reuters.
Risiko perang di Timur Tengah meninggi, karena AS sudah siap-siaga. Kalau Iran terprovokasi, satu salah langkah saja mungkin bisa membuat perang meletus.
Timur Tengah yang memanas tentu menyebabkan investor khawatir. Sebab bisa saja produksi dan distribusi minyak dari wilayah tersebut terganggu, sehingga pasokan ke pasar dunia menipis. Akibatnya, pelaku pasar memburu minyak sehingga harga komoditas ini menanjak.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Kenaikan harga si emas hitam disebabkan oleh situasi Timur Tengah yang masih saja panas. Serangan terhadap ladang minyak milik Saudi Aramco berbuntut panjang, dan bahkan bisa menyulut Perang Teluk Jilid III.
"Misi kami adalah menghindari perang. Kalau Anda mendengar pernyataan Menteri Esper (Mark Esper, Menteri Pertahanan AS), maka tujuan kami menambah pasukan di wilayah tersebut adalah untuk memberikan efek jera dan sebagai upaya pertahanan. Kalau tidak jera juga, saya yakin Presiden Trump (Donald Trump, Presiden AS) akan melanjutkan langkah-langkah lain yang dipandang perlu," papar Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS, seperti diberitakan Reuters.
Risiko perang di Timur Tengah meninggi, karena AS sudah siap-siaga. Kalau Iran terprovokasi, satu salah langkah saja mungkin bisa membuat perang meletus.
Timur Tengah yang memanas tentu menyebabkan investor khawatir. Sebab bisa saja produksi dan distribusi minyak dari wilayah tersebut terganggu, sehingga pasokan ke pasar dunia menipis. Akibatnya, pelaku pasar memburu minyak sehingga harga komoditas ini menanjak.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular