
Harga Minyak Mentah Naik, Pasar SUN Melempem

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 1,1 basis poin (bps) menjadi 7,79%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Kenaikan harga minyak hari ini dipicu serangan koalisi Arab Saudi terhadap fasilitas Pemberontak Houthi di Yaman. Serangan tersebut menambah ketegangan dan meningkatkan kekhawatiran pasar terhadap konflik minyak mentah yang tidak juga usai.
Naiknya harga emas hitam tersebut juga memicu kekhawatiran terhadap posisi negara berkembang yang menjadi importir minyak mentah bersih (net importir) seperti Indonesia yang posisi keuangan pemerintah dan neraca perdagangannya tergantung dari posisi harga minyak mentah.
Yield Obligasi Negara Acuan 20 Sep'19
Seri | Jatuh tempo | Yield 19 Sep'19 (%) | Yield 20 Sep'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 19 Sep'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.616 | 6.621 | 0.50 | 6.5904 |
FR0078 | 10 tahun | 7.21 | 7.215 | 0.50 | 7.2052 |
FR0068 | 15 tahun | 7.656 | 7.666 | 1.00 | 7.6618 |
FR0079 | 20 tahun | 7.788 | 7.799 | 1.10 | 7.788 |
Sumber: Refinitiv
Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 544 bps, melebar dari posisi kemarin 543 bps.Yield US Treasury 10 tahun naik 0,1 bps hingga 1,775% dari posisi kemarin 1,774%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.023,63 triliun SBN, atau 38,74% dari total beredar Rp 2.642 triliun berdasarkan data per 18 September. Nilai itu masih menjadi kepemilikan asing tertinggi sepanjang masa, melampui rekor sebelumnya yang terjadi pada awal Agustus.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 130,38 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 1,4 triliun dan sejak akhir bulan lalu tercatat masuk Rp 14,03 triliun.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya turun 0,3% menjadi 6.225 untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan 0,07% menjadi Rp 14.065/dolar AS untuk rupiah.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, koreksi masih terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara naik.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 19 Sep'19 (%) | Yield 20 Sep'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.17 | 7.19 | 2.00 |
China | 3.137 | 3.136 | -0.10 |
Jerman | -0.508 | -0.505 | 0.30 |
Prancis | -0.211 | -0.214 | -0.30 |
Inggris | 0.637 | 0.635 | -0.20 |
India | 6.617 | 6.634 | 1.70 |
Jepang | -0.227 | -0.205 | 2.20 |
Malaysia | 3.409 | 3.425 | 1.60 |
Filipina | 4.801 | 4.814 | 1.30 |
Rusia | 7 | 7.01 | 1.00 |
Singapura | 1.748 | 1.739 | -0.90 |
Thailand | 1.555 | 1.55 | -0.50 |
Amerika Serikat | 1.774 | 1.775 | 0.10 |
Afrika Selatan | 8.2 | 8.21 | 1.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor