Jangan-jangan BI Menembakkan Peluru Hampa...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 September 2019 10:49
BI Sudah Jor-joran
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Akan tetapi, faktor lain ternyata lebih kuat menarik rupiah ke zona merah. Pertama adalah harga minyak. Pada pukul 10:12 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet naik masing-masing 0,73% dan 1,15%.

Sebagai negara net importir minyak, kenaikan harga tentu sangat membebani Indonesia. Neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) akan semakin tertekan, dan aliran valas dari ekspor-impor barang dan jasa bakal seret.

Akibatnya, pijakan rupiah menjadi rapuh karena ditopang oleh arus modal portofolio di pasar keuangan (hot money) yang gampang datang dan pergi. Oleh karena itu, rupiah akan rentan melemah saat transaksi berjalan tertekan.


Kedua, ada kemungkinan pelaku pasar ragu terhadap stimulus moneter jor-joran yang diberikan BI. Kemarin, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga cuan sebesar 25 basis poin (bps). Ini menjadi penurunan ketiga dalam tiga bulan beruntun.



BI juga melakukan pelonggaran Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) dengan memasukkan pinjaman ke pendanaan perbankan. Plus pelonggaran Loan to Value (LTV) properti dan uang muka kredit kendaraan bermotor. Bahkan untuk properti dan kendaraan berwawasan lingkungan mendapat tambahan kelonggaran uang muka.

BI sudah all out attack, berbagai instrumen dikeluarkan dalam waktu sehari. Suku bunga acuan, RIM, sampai LTV digelontorkan dengan tujuan menggenjot pertumbuhan ekonomi.



(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular