
Pasar SUN Didukung Investor Global Hingga Cetak Rekor Baru!

Penguatan juga bersamaan dengan momentum penurunan suku bunga acuan AS tadi malam dan domestik hari ini. Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 1,5 basis poin (bps) menjadi 7,21%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Hari ini, bank sentral AS yaitu The Fed menurunkan suku bunga acuan mereka yaitu Fed Fund Rate sebesar 25 bps menjadi rentang 1,75%-2% dari sebelumnya 2%-2,25%. Penurunan itu diikuti oleh Bank Indonesia yang tadi sore diumumkan turun dengan besaran yang sama yaitu menjadi 5,25% dari sebelumnya 5,5%.
Yield Obligasi Negara Acuan 19 Sep'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 18 Sep'19 (%) | Yield 19 Sep'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 19 Sep'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.614 | 6.616 | 0.20 | 6.5904 |
FR0078 | 10 tahun | 7.226 | 7.211 | -1.50 | 7.2052 |
FR0068 | 15 tahun | 7.662 | 7.655 | -0.70 | 7.6618 |
FR0079 | 20 tahun | 7.785 | 7.787 | 0.20 | 7.788 |
Sumber: Refinitiv ,IBPA
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,04 poin (0,01%) menjadi 261,86 dari posisi kemarin 261,82.
Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 542 bps, menyempit dari posisi kemarin 544 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 0,2 bps hingga 1,782% dari posisi kemarin 1,784%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada beberapa pasang seri acuan, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 2 tahun-10 tahun yang mulai mereda, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 19 Sep'19 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 18 Sep'19 (%) | Yield 19 Sep'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 1.941 | 1.941 | 3 bulan-5 tahun | 27 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.746 | 1.765 | 2 tahun-5 tahun | 9.4 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.683 | 1.705 | 3 tahun-5 tahun | 3.4 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.659 | 1.671 | 3 bulan-10 tahun | 15.2 |
UST 2028 | 10 Tahun | 1.784 | 1.789 | 2 tahun-10 tahun | -2.4 |
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.023,63 triliun SBN, atau 38,74% dari total beredar Rp 2.642 triliun berdasarkan data per 18 September. Angka itu menjadi posisi kepemilikan investor asing yang tertinggi sepanjang masa.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 130,38 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 1,4 triliun dan sejak akhir bulan lalu tercatat masuk Rp 14,03 triliun.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga tidak seperti koreksi yang terjadi di pasar ekuitas yang turun 0,51% 6.224 untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), sedangkan hari ini rupiah masih stagnan pada Rp 14.055 per dolar AS.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, penguatan terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.
Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 18 Sep'19 (%) | Yield 19 Sep'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.185 | 7.17 | -1.50 |
China | 3.136 | 3.137 | 0.10 |
Jerman | -0.512 | -0.497 | 1.50 |
Prancis | -0.228 | -0.204 | 2.40 |
Inggris | 0.642 | 0.634 | -0.80 |
India | 6.728 | 6.628 | -10.00 |
Jepang | -0.179 | -0.223 | -4.40 |
Malaysia | 3.365 | 3.409 | 4.40 |
Filipina | 4.721 | 4.814 | 9.30 |
Rusia | 7.03 | 7.01 | -2.00 |
Singapura | 1.757 | 1.748 | -0.90 |
Thailand | 1.555 | 1.555 | 0.00 |
Amerika Serikat | 1.784 | 1.782 | -0.20 |
Afrika Selatan | 8.21 | 8.25 | 4.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor