IMB akan Dihapus, Saham Properti Mulai Bergairah

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
19 September 2019 11:53
Investor Asing Tak Sambut Baik Stimulus Sektor Properti
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Meskipun data perdagangan menunjukkan bahwa saham emiten properti bervariatif, investor asing justru mayoritas melepas saham-saham tersebut.

TercatatĀ 6 dariĀ 7 saham emiten yang disebutkan di atas dilego oleh investor asing di mana SMRA mencatatkan aksi jual bersih terbesar dengan nilai mencapai Rp 29,38 miliar. Lalu, hanya APLN yang masih dikoleksi dengan membukukan aksi beli bersih senilai Rp 344,08 juta.

Sepertinya investor asing kurang menghargai kebijakan pemerintah karena dianggap kurang mampu mendongkrak permintaan di sektor properti yang sejak tahun 2015 tumbuh stagnan, cenderung lesu.

Kepala BKF Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Suahasil Nazara, dalam paparan APBN 2019 di kantor Kemenkeu, mengatakan pertumbuhan sektor properti pada 2018 hanya tumbuh 3,58% atau di bawah pertumbuhan ekonomi nasional.

Sejak 2015, pertumbuhan sektor properti selalu lebih rendah dibandingkan geliat ekonomi. Bahkan kontribusi sektor properti terhadap ekonomi selama lima tahun terakhir selalu di bawah 3%.

Selain itu, dalam riset tebaru Fitch Ratings per 17 September, Indonesia termasuk salah satu negara dengan konsentrasi utang properti yang relatif kecil di antara negara-negara berkembang di kawasan Asia Pasifik.

IMB akan Dihapus, Saham Properti Mulai BergairahFoto: CNBC Indonesia/Dwi Ayunintyas

Porsi utang properti atas aset perbankan stabil di kisaran 9% sejak tahun 2012. Fitch menganalisa. perolehan tersebut disokong oleh ketatnya kriteria kredit properti dari bank besar di Indonesia.

Alhasil, secara tidak langsung laporan Fitch juga menegaskan rendahnya permintaan kredit perbankan untuk sektor properti.

Dengan demikian, dapat disimpulkan stimulus-stimulus yang diberikan pemerintah atas industri properti belum dapat mendongkrak permintaan mengingat konsumen masih dihantui kecemasan atas ancaman potensi resesi di negeri-negara maju. Belum lagi situasi geopolitik di Timur Tengah, Asia, dan Eropa yang belum stabil semakin menekan permintaan pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular