Rapat Dewan Gubernur BI Bikin Grogi, IHSG ke Zona Merah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
19 September 2019 09:40
Rapat Dewan Gubernur BI Bikin Grogi, IHSG ke Zona Merah
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan hari ini dengan koreksi sebesar 0,04% ke level 6.274,18. Pada pukul 09:25 WIB, koreksi dari indeks saham acuan di Indonesia tersebut sudah bertambah dalam yakni sebesar 0,31% ke level 6.257,24.

Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang sedang ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei menguat 0,86%, indeks Straits Times naik 0,05%, dan indeks Kospi bertambah 0,48%.

Asa damai dagang AS-China yang kian terasa sukses memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Kemarin waktu setempat (18/9/2019), Presiden AS Donald Trump menyebut bahwa AS dan China dapat meneken kesepakatan dagang dalam waktu dekat.

Pernyataan dari Trump tersebut lantas melengkapi pernyataan serupa sehari sebelumnya kala dirinya mengungkapkan optimisme bahwa AS dan China akan segera bisa meneken kesepakatan dagang. Trump mengatakan di hadapan reporter bahwa China telah membeli produk-produk pertanian asal AS dalam jumlah yang besar, sebelum kemudian mengatakan bahwa kesepakatan dagang dengan China bisa diteken sebelum gelaran pemilihan presiden (Pilpres) di AS pada tahun 2020 atau sehari setelahnya.

Seperti yang diketahui, kemarin kedua negara diketahui menggelar perbincangan di tingkat wakil menteri guna mempersiapkan negosiasi dagang tatap muka tingkat tinggi pada awal bulan depan. Diketahui, kunjungan delegasi China ke AS dipimpin oleh Liao Min selaku Deputi Direktur dari Office of the Central Commission for Financial and Economic Affairs dan juga Wakil Menteri Keuangan China. 

Melansir Global Times selaku media yang dikontrol oleh Partai Komunis China, ditunjuknya Liao Min untuk memimpin delegasi China dipandang oleh para analis dapat membawa angin segar bagi hubungan dagang AS-China. Untuk diketahui, delegasi China dalam perbincangan guna mempersiapkan negosiasi tingkat tinggi dengan AS sebelumnya dipimpin oleh Wakil Menteri Perdagangan Wang Shouwen.

Lebih lanjut, sentimen positif bagi bursa saham Benua Kuning datang dari hasil pertemuan Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS. Pada dini hari tadi waktu Indonesia, The Fed mengumumkan pemangkasan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps ke rentang 1,75%-2%, menandai pemangkasan kedua di tahun ini pasca sebelumnya The Fed juga mengeksekusi pemangkasan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada bulan Juli.

Melansir CNBC International, The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan dengan dasar adanya dampak negatif dari perkembangan ekonomi dunia bagi prospek perekonomian AS, serta rendahnya tekanan inflasi.

Diharapkan, pemangkasan tingkat suku bunga acuan lebih lanjut oleh The Fed akan mampu menghindarkan perekonomian AS dari yang namanya hard landing alias perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

Untuk diketahui, pada tahun 2018 International Monetary Fund (IMF) mencatat perekonomian AS tumbuh sebesar 2,857%, menandai laju pertumbuhan ekonomi tertinggi sejak tahun 2015.

Pada tahun 2019, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS melambat menjadi 2,6%. Untuk tahun 2020, pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan kembali merosot menjadi 1,9% saja.

BERLANJUT KE HALAMAN 2 -> Rapat Dewan Gubernur BI Bikin Grogi

Sayang, IHSG tak bisa memanfaatkan momentum yang ada seiring dengan kekhawatiran yang menyelimuti gelaran Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI). Kemarin, BI memulai RDG yang akan berlangsung selama dua hari. Keputusan terkait dengan suku bunga acuan akan diumumkan pada siang hari ini pasca RDG selesai digelar.

Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memproyeksikan bank sentral akan memangkas BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 5,25% dalam pertemuan kali ini. Jika benar itu yang terjadi, maka akan menandai pemangkasan tingkat suku bunga acuan selama tiga bulan beruntun. Dalam pertemuan di bulan Juli dan Agustus, BI mengeksekusi pemangkasan tingkat suku bunga acuan masing-masing sebesar 25 bps.

Namun begitu, pelaku pasar tetap berhati-hati lantaran memang ada potensi bahwa tingkat suku bunga acuan tidak akan dipangkas oleh BI. Pasalnya, ada nada hawkish yang dilontrkan oleh Jerome Powell selaku Gubernur The Fed dalam konferensi persnya. Nada hawkish tersebut menepis ekspetasi pelaku pasar bahwa masih akan ada pemangkasan tingkat suku bunga acuan lagi hingga akhir tahun.

Walau menyebut bahwa pihaknya akan melakukan hal yang diperlukan guna mempertahankan ekspansi ekonomi, dirinya menilai pemangkasan tingkat suku bunga acuan pada bulan Juli dan hari ini sebagai “penyesuaian di pertengahan siklus/midcycle adjustment” dan bukan merupakan strategi untuk mendorong tingkat suku bunga acuan lebih rendah lagi. 

Pernyataan tersebut lantas menegaskan komentar Powell di bulan Juli bahwa The Fed tidaklah sedang memulai era panjang pemangkasan tingkat suku bunga acuan.

“Biar saya perjelas: yang saya maksud adalah itu (pemangkasan tingkat suku bunga acuan) bukanlah merupakan awal dari pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang agresif,” kata Powell pada bulan Juli silam, dilansir dari CNBC International.

“Kami tak melihat arahnya ke sana (era panjang pemangkasan tingkat suku bunga acuan). Anda akan melakukannya jika Anda melihat pelemahan ekonomi yang signifikan dan jika Anda berpikir bahwa federal funds rate perlu dipangkas secara signifikan. Itu bukanlah skenario yang kami lihat.”

Sementara itu, berdasarkan dot plot versi terbaru, terlihat bahwa para pejabat The Fed saat ini sedang sangat terpecah: sebanyak lima orang menginginkan tingkat suku bunga acuan dibiarkan berada di level 2%-2,25% hingga akhir tahun, lima orang menginginkan tingkat suku bunga acuan dipertahankan di level saat ini hingga akhir tahun, dan tujuh lainnya menginginkan ada sekali lagi pemangkasan sebesar 25 bps hingga akhir tahun.

Dikhawatirkan, nada hawkish dari The Fed akan membuat BI menahan diri dari memangkas tingkat suku bunga acuan lebih lanjut.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular