The Fed Turunkan Bunga Tapi Dolar AS Perkasa, Kok Bisa?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 September 2019 09:17
The Fed Turunkan Bunga Tapi Dolar AS Perkasa, Kok Bisa?
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Padahal seharusnya ada sentimen positif buat rupiah menyusul keputusan rapat Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed).

Pada Kamis (19/9/2019) pukul 09:05 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.089. Rupiah melemah 0,24% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kala pembukaan pasar, rupiah sudah melemah 0,14%. Seiring jalan, depresiasi rupiah malah semakin parah.

Namun rupiah tidak sendiri, karena mayoritas mata uang utama Asia bernasib serupa. Sejauh ini hanya dolar Hong Kong, rupee India, dan yen Jepang yang mampu menguat. Sisanya tidak selamat, terjerumus ke zona merah.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 09:06 WIB:

 

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)


Dini hari tadi waktu Indonesia, The Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,75-2%. Ini menjadi penurunan kedua dalam dua bulan terakhir.

Jerome 'Jay' Powell, Ketua The Fed, menilai proyeksi ekonomi AS masih bagus (favourable). Namun bagaimanapun juga AS akan terimbas dampak negatif dari perlambatan ekonomi negara-negara lain.

Oleh karena itu, Powell menyebut penurunan suku bunga acuan kali ini adalah untuk mengantisipasi berbagai risiko ke depan seperti perlambatan ekonomi global dan friksi dagang, terutama AS-China. Bahkan kalau ekonomi Negeri Paman Sam juga melambat, bukan tidak mungkin suku bunga acuan akan dipangkas lagi.

"Kalau ekonomi turun, maka siklus penurunan suku bunga yang lebih ekstensif adalah hal yang layak. Kami akan sangat bergantung kepada data (data dependent), kami tidak akan menentukan arah sebelumnya, kami akan membuat keputusan dari rapat ke rapat. Untuk saat ini, sepertinya yang kami lakukan sudah cukup," jelas Powell, seperti diwartakan Reuters.


Seharusnya penurunan suku bunga acuan menjadi sentimen negatif bagi dolar AS. Saat suku bunga turun, berinvestasi di instrumen berbasis dolar AS (terutama di aset berpendapatan tetap seperti obligasi) akan ikut terkoreksi. Kurang seksi.


Namun yang terjadi malah sebaliknya. Pada pukul 08:47 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) justru menguat 0,1%.

Kok bisa begitu?


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
The Fed boleh menurunkan bunga acuan, bahkan Powell tidak menutup kemungkinan akan melakukannya lagi. Namun ternyata The Fed tidak terlalu dovish.

Sikap The Fed yang masih hati-hati tergambar dari dot plot. Pada September, median dot plot adalah suku bunga acuan berada di 1,5-1,75% pada akhir 2019. Artinya ada ruang Federal Funds turun 25 bps lagi.

Namun suara untuk mempertahankan suku bunga acuan di 1,75-2% sampai akhir tahun juga lumayan banyak. Bahkan sama dengan suara yang meminta suku bunga acuan dinaikkan 25 bps lagi menjadi 2-2,5%.

The Federal Reserve

Oleh karena itu, pelaku pasar masih memilih berhati-hati dalam menyikapi keputusan The Fed. Benar kata Powell, situasi masih bisa berubah dari bulan ke bulan. Belum ada yang bisa memastikan arah kebijakan suku bunga AS ke depan.

Kehati-hatian ini diwujudkan dalam keengganan investor untuk masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang Asia, termasuk Indonesia. Akibatnya rupiah dkk kompak melemah di hadapan dolar AS.


TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular