Holding BUMN Farmasi, Persaingan Sempurna atau Dominasi BUMN?

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
18 September 2019 18:37
Rencana pemerintah membentuk perusahaan induk atau Holding BUMN Farmasi sudah di depan mata.
Foto: REUTERS/Jon Nazca

Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana pemerintah membentuk perusahaan induk atau Holding BUMN Farmasi sudah di depan mata. Dalam sebulan ke depan, Peraturan Pemerintah (PP) yang akan menjadi landasan hukum Holding BUMN Farmasi akan segera ditandatangani.

Sebanyak tiga BUMN yang akan bergabung dalam satu naungan BUMN Farmasi yakni PT Bio Farma (Persero), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), dan PT Indofarma Tbk (INAF). Holding ini bertujuan agar kinerja BUMN farmasi lebih kuat dan mempermudah akses terhadap investasi yang berujung pada ekspansi bisnis.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga menunjuk mantan Direktur Utama Kimia Farma Honesti Basyir sebagai direktur utama Bio Farma, perusahaan induk dari Holding BUMN Farmasi yang diiniasi pemerintah.


"Target September-Oktober selesai," kata Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN, Wahyu Kuncoro saat ditemui usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Kimia Farma di Jakarta, Rabu (18/9/2019).

Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan mencermati, adanya Holding BUMN Farmasi menyebabkan pangsa pasar dari BUMN farmasi akan meningkat di industri farmasi Tanah Air.

Selain itu, BUMN farmasi juga akan mendapat penugasan pemerintah untuk suplai kebutuhan farmasi dari rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

"Ketika melebur tentu akan ada penugasan pasar bisa dikatakan lebih besar lagi untuk BUMN," kata Alfred Nainggolan saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (18/9/2019).


Bila dilihat dari sisi kinerja misalnya, laba bersih Kimia Farma sepanjang semester I-2019 anjlok 68,57% secara tahunan ke level Rp 47,75 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 151,92 miliar.

Kinerja keuangan yang tertekan ini disebabkan karena meningkatnya beban keuangan pascamengakuisisi PT Phapros Tbk. Beban keuangan KAEF sepanjang paruh pertama tahun ini naik 153,49% YoY menjadi Rp 224,63 miliar dari sebelumnya Rp 88,62 miliar di semester I-2018.

Sementara itu, Indofarma masih membukukan rapor merah. Sepanjang paruh pertama 2019 perusahaan membukukan total kerugian sebesar Rp 24,36 miliar, dari sebelumnya mengantongi keuntungan senilai Rp 253,19 juta di semester I-2018.

Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto berpendapat, secara pangsa pasar atau market share, bila Holding Farmasi terbentuk akan menguasai 7% market share secara industri.

"Kita ini kalau digabung itu masih cuma 7%, jadi memang kita bisa nomor satu, tapi industri farmasi itu sangat scattered (tersebar), ada 200 player di sana dan tidak ada yang double digit [pangsa pasarnya]," kata Arief di Jakarta, usai RUPSLB Indo Farma, Rabu (18/9/2019).

Holding ini kata dia hanya menjadikan sebagai pasar persaingan sempurna, di mana terdiri banyak penjual dan tidak dapat mempengaruhi harga di pasar.

"Jadinya pasar persaingan sempurna, berbeda dengan perbankan atau konstruksi, bisa 50% lebih itu, kalau kita masih cuma 7%," ungkapnya.


(tas) Next Article Kimia Farma Pamer Kinerja, Karyawan Malah Tagih Gaji

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular