
Gawat! Tak Hanya Resesi, Eropa Dihantui Risiko Bank Gagal
Wahyu Daniel, CNBC Indonesia
18 September 2019 14:52

Seperti diketahui, negara besar di Eropa seperti Jerman saat ini tengah menghadapi ancaman resesi yang besar.
Kemungkinan bagi ekonomi Jerman, penguasa ekonomi di Eropa, untuk jatuh ke dalam resesi mencapai hampir 60%. Demikian menurut indeks bulanan yang diterbitkan pada hari Kamis (12/9/2019) oleh Macroeconomic Policy Institute (IMK).
Indeks yang dihasilkan oleh badan riset ekonomi swasta itu menyebut risiko resesi Jerman telah naik menjadi 59,4%, dari 43% pada Agustus. Ini adalah proyeksi risiko resesi tertinggi bagi ekonomi terbesar Eropa itu sejak musim dingin 2012/2013.
Ekonomi Jerman telah melemah karena sektor manufaktur yang bergantung pada ekspor terus mengalami perlambatan. Itu terjadi akibat perang dagang dan ketidakpastian terkait dengan rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit). Dua kekacauan ini telah menghambat permintaan ekspor Jerman.
Saat memutuskan penurunan suku bunga acuan pekan lalu, Presiden ECB, Mario Draghi, mendesak pemerintah untuk mengambil langkah-langkah fiskal untuk melengkapi stimulus moneter bank sentral dan menghidupkan kembali ekonomi zona euro.
"Mengingat prospek ekonomi yang melemah dan berlanjutnya keunggulan risiko penurunan, pemerintah dengan ruang fiskal harus bertindak secara efektif dan tepat waktu," kata Draghi.
"Di negara-negara di mana utang publik tinggi, pemerintah perlu menempuh kebijakan bijaksana yang akan menciptakan kondisi bagi penstabil otomatis untuk beroperasi secara bebas. Semua negara harus memperkuat upaya mereka untuk mencapai komposisi keuangan publik yang lebih ramah pertumbuhan," tambahnya.
(wed/roy)
Kemungkinan bagi ekonomi Jerman, penguasa ekonomi di Eropa, untuk jatuh ke dalam resesi mencapai hampir 60%. Demikian menurut indeks bulanan yang diterbitkan pada hari Kamis (12/9/2019) oleh Macroeconomic Policy Institute (IMK).
Indeks yang dihasilkan oleh badan riset ekonomi swasta itu menyebut risiko resesi Jerman telah naik menjadi 59,4%, dari 43% pada Agustus. Ini adalah proyeksi risiko resesi tertinggi bagi ekonomi terbesar Eropa itu sejak musim dingin 2012/2013.
Saat memutuskan penurunan suku bunga acuan pekan lalu, Presiden ECB, Mario Draghi, mendesak pemerintah untuk mengambil langkah-langkah fiskal untuk melengkapi stimulus moneter bank sentral dan menghidupkan kembali ekonomi zona euro.
"Mengingat prospek ekonomi yang melemah dan berlanjutnya keunggulan risiko penurunan, pemerintah dengan ruang fiskal harus bertindak secara efektif dan tepat waktu," kata Draghi.
"Di negara-negara di mana utang publik tinggi, pemerintah perlu menempuh kebijakan bijaksana yang akan menciptakan kondisi bagi penstabil otomatis untuk beroperasi secara bebas. Semua negara harus memperkuat upaya mereka untuk mencapai komposisi keuangan publik yang lebih ramah pertumbuhan," tambahnya.
(wed/roy)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular