Permintaan Lelang Sukuk Rp 29 T, di Tengah Koreksi Pasar SUN

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
17 September 2019 19:35
Lelang rutin sukuk rupiah pemerintah disambut dengan permintaan yang membludak mencapai Rp 29,02 triliun, di tengah koreksi harga SUN.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Lelang rutin sukuk rupiah pemerintah hari ini disambut dengan permintaan yang membludak mencapai Rp 29,02 triliun, atau jauh di atas lelang sebelumnya Rp 21,81 triliun dan dari rerata lelang sejak awal tahun Rp 22,15 triliun.

Data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu menunjukkan dalam lelang tadi siang, surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) yang diterbitkan pemerintah Rp 7,05 triliun efek syariah.

Angka penerbitan itu setara dengan penerbitan dalam lelang sebelumnya Rp 7 triliun dan serupa dengan rerata lelang sukuk negara sejak awal tahun Rp 7,58 triliun. Ramainya permintaan dalam lelang seakan tidak memperdulikan kondisi pasar yang sedang terkoreksi hari ini, berdasarkan data Refinitiv.

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. Terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 7,8 basis poin (bps) menjadi 7,83%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 17 Sep'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 16 Sep'19 (%)

Yield 17 Sep'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 17 Sep'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.67

6.678

0.80

6.6541

FR0078

10 tahun

7.238

7.269

3.10

7.2593

FR0068

15 tahun

7.676

7.711

3.50

7.6616

FR0079

20 tahun

7.755

7.833

7.80

7.7585

Sumber: Refinitiv

Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) justru menguat. Indeks tersebut naik 0,15 poin (0,06%) menjadi 261,55 dari posisi kemarin 261,4.

Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 544 bps, melebar dari posisi kemarin 539 bps.


Yield US Treasury 10 tahun turun lagi 2,2 bps hingga 1,82% dari posisi kemarin 1,84%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada beberapa pasang seri acuan, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 2 tahun-10 tahun yang mulai mereda, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 16 Sep'19 (%)

Yield 17 Sep'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

7.375

7.295

-8.00

China

3.108

3.117

0.90

Jerman

-0.474

-0.484

-1.00

Prancis

-0.196

-0.193

0.30

Inggris

0.693

0.681

-1.20

India

6.703

6.714

1.10

Jepang

-0.155

-0.155

0.00

Malaysia

3.336

3.356

2.00

Filipina

4.811

4.762

-4.90

Rusia

7

7.03

3.00

Singapura

1.797

1.78

-1.70

Thailand

1.585

1.585

0.00

Amerika Serikat

1.843

1.821

-2.20

Afrika Selatan

8.215

8.265

5.00

Sumber: Refinitiv

 

 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.020,53 triliun SBN, atau 38,62% dari total beredar Rp 2.642 triliun berdasarkan data per 16 September.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 127,28 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 1,7 triliun dan sejak awal bulan masuk Rp 10,93 triliun.

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi pada rupiah yang melemah 0,39% menjadi Rp 14.390 per dolar SA tetapi tidak dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik 0,28% menjadi 6.236.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju menguat, sehingga yield mayoritas obligasi negara turun. Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 16 Sep'19 (%)

Yield 17 Sep'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

7.375

7.295

-8.00

China

3.108

3.117

0.90

Jerman

-0.474

-0.484

-1.00

Prancis

-0.196

-0.193

0.30

Inggris

0.693

0.681

-1.20

India

6.703

6.714

1.10

Jepang

-0.155

-0.155

0.00

Malaysia

3.336

3.356

2.00

Filipina

4.811

4.762

-4.90

Rusia

7

7.03

3.00

Singapura

1.797

1.78

-1.70

Thailand

1.585

1.585

0.00

Amerika Serikat

1.843

1.821

-2.20

Afrika Selatan

8.215

8.265

5.00

Sumber: Refinitiv

 


TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular