
Trump Ogah Perang, Emas Balik ke Bawah US$ 1.500

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas melemah pada perdagangan Selasa (17/9/19), setelah menguat tajam pada Senin kemarin. Logam mulia ini kembali bergerak di dekat level psikologis US$ 1.500/troy ons.
Gejolak di Timur Tengah hingga potensi terjadinya perang Teluk memberikan dampak positif bagi emas yang menyandang status aset aman (safe haven).
Iran menjadi tersangka utama serangan drone ke Arab Saudi. Begitu serangan terjadi di salah satu ladang minyak terbesar Saudi di Hijra Khurais dan fasilitas pemrosesan minyak mentah dunia di Abqaiq, AS langsung menuding Iran sebagai dalangnya meski pemberontak Houthi di Yaman mengklaim serangan tersebut.
Selain AS, Juru Bicara Koalisi Militer, Kolonel Turki Al Malki mengatakan bukti permulaan mulai mengarah bahwa serangan bukan berasal Yaman. Belum diketahui dari mana misil jelajah ditembakkan tetapi mulai terang bahwa senjata tersebut milik Iran.
"Hasil temuan sementara menunjukkan bahwa senjata itu milik Iran, dan kami sedang mengidentifikasi dari mana lokasi peluncurannya. Serangan teroris ini tidak berasal dari Yaman, seperti yang diklaim milisi Houthi," ungkap Al Malki, seperti dikutip dari Reuters.
Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Kelly Craft mempertegas hal tersebut. "Ada indikasi Iran yang bertanggung jawab," ujarnya, seperti diwartakan Reuters.
Meski ramai-ramai menuduh Iran sebagai dalang serangan tersebut, tapi Presiden Trump nampaknya sudah berubah pikiran. Sebelumnya Presiden Trump menegaskan bahwa Negeri Adidaya sudah mengisi dan mengokang senjata alias siap menyerbu Iran.
Namun kini Trump mengatakan tidak ingin berperang dengan Iran. Pasalnya peperangan bakal melambungkan harga minyak dan menambah kekhawatiran pelaku pasar soal konflik Timur Tengah. Dampaknya akan buruk bagi perekonomian AS serta ekonomi global yang sedang melambat.
"Saya seseorang yang tidak suka berperang," tegas Trump sebagaimana dilansir CNBC Indonesia dari Reuters, Selasa (17/9/2019).
Selain melunaknya sikap Trump, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan mengumumkan suku bunga pada Kamis (19/9/19) menjadi fokus pelaku pasar. Penyebabnya, bank sentral pimpinan Jerome Powell ini mulai diragukan akan memangkas suku bunganya.
Piranti FedWatch milik CME Group menunjukkan pelaku pasar melihat probabilitas The Fed memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 1,75%-2% sebesar 64,6%, jauh menurun dibandingkan pekan lalu yang masih di atas 90%.
Suku bunga yang tidak dipangkas oleh The Fed tentunya menjadi kabar buruk bagi emas. Kenaikan emas hingga mencapai rekor tertinggi tahun ini US$ 1.557/troy ons salah satunya disebabkan ekspektasi pelaku pasar The Fed akan agresif dalam memangkas suku bunga.
The Fed akan mengumumkan suku bunga pada Kamis pukul 1:00 WIB, sebelum pengumuman tersebut emas masih akan "galau" naik-turun, dengan kecenderungan melemah jika probabilitas pemangkasan suku bunga terus menipis.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
