
Asing Makin Gencar Obral Saham, IHSG Cuma Bisa Naik Tipis

Aksi jual yang semakin deras dilakukan oleh investor asing menjadi faktor yang membatasi apresiasi IHSG. Pada awal perdagangan hari ini, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 16,6 miliar di pasar saham tanah air (pasar reguler). Per akhir sesi satu, nilai jual bersih investor asing telah membengkak menjadi Rp 256,2 miliar.
Rupiah yang semakin babak belur membuat investor asing terus melego kepemilikannya atas saham-saham di tanah air. Pada awal perdagangan hari ini, rupiah tercatat melemah 0,39% di pasar spot ke level Rp 14.090/dolar AS, pasca kemarin sudah melemah sebesar 0,54%. Pada siang hari, pelemahan rupiah bertambah dalam menjadi 0,43% ke level Rp 14.095/dolar AS.
Kala rupiah melemah, apalagi dengan signifikan, investor asing bisa menderita yang namanya kerugian kurs sehingga aksi jual di pasar saham memang menjadi opsi yang sangat mungkin diambil.
Tekanan bagi rupiah salah satunya masih datang dari rilis data perdagangan internasional periode Agustus 2019 oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Sepanjang bulan Agustus, BPS mencatat bahwa ekspor jatuh 9,99% secara tahunan (year-on-year/YoY), lebih dalam dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan kontraksi sebesar 5,7% saja. Sementara itu, impor terkontraksi sebesar 15,6%, juga lebih dalam dibandingkan konsensus yang memperkirakan penurunan sebesar 11,295%. Alhasil, neraca dagang hanya membukukan surplus sebesar US$ 85 juta, jauh lebih kecil dari proyeksi yang sebesar US$ 146 juta.
Surplus neraca dagang yang lebih rendah dari ekspektasi membuat pelaku pasar khawatir bahwa defisit transaksi berjalan/currenct account deficit (CAD) akan terus bengkak di kuartal III-2019.
Pada kuartal I-2019, BI mencatat CAD berada di level 2,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB), jauh lebih dalam ketimbang CAD pada kuartal I-2018 yang berada di level 2,01% dari PDB. Kemudian pada kuartal II-2019, CAD membengkak menjadi 3,04% dari PDB. CAD pada tiga bulan kedua tahun ini juga lebih dalam ketimbang capaian pada periode yang sama tahun lalu di level 3,01% dari PDB.
Ketika CAD tak juga bisa diredam, rupiah memang akan mendapatkan tekanan. Untuk diketahui, transaksi berjalan merupakan faktor penting dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil, berbeda dengan pos transaksi finansial (komponen Neraca Pembayaran Indonesia/NPI lainnya) yang pergerakannya begitu fluktuatif karena berisikan aliran modal dari investasi portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Saham-saham yang banyak dilego investor asing per akhir sesi satu di antaranya: PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 80,7 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 62,2 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 47,4 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 13,6 miliar), dan PT Astra International Tbk/ASII (Rp 12,1 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank)