
Laba Anjlok, Begini Penjelasan Manajemen PTBA
Monica Wareza, CNBC Indonesia
16 September 2019 14:21

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengalami penurunan laba bersih sampai dengan 24,42% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 2,01 triliun dari sebelumnya Rp 2,66 triliun di semester I-2018.
Turunnya laba ini salah satunya disebabkan karena tingginya beban pokok penjualan perusahaan, yang mengalami kenaikan sebesar 13% YoY.
Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Suhendra mengatakan terjadi kenaikan beban pokok perusahaan dari sebelumnya Rp 6,14 triliun menjadi Rp 6,96 triliun. Kenaikan ini karena biaya angkutan kereta api yang meningkat seiring dengan bertambahnya volume peningkatan volume produksi.
"Beban pokok penjualan hingga paruh 2019 ini tercatat sebesar Rp 6,96 Triliun atau mengalami kenaikan sebesar 13% dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 6,14 Triliun. Dengan komposisi dan kenaikan terbesar terjadi pada biaya angkutan kereta api seiring dengan peningkatan volume angkutan batubara dan kenaikan biaya jasa penambangan seiring dengan peningkatan produksi dan peningkatan stripping rasio pada semester pertama 2019 sebesar 4.6 dari 4.3 pada Semester 1 2018," kata Suherman dalam siaran persnya, Senin (16/9/2019).
Sepanjang semester I-2019 perusahaan mengalami kenaikan produksi 14,1% menjadi 12,8 juta ton dan volume pengangkutan sebesar 11,7 juta ton yang naik 5,5% secara YoY.
Kenaikan ini sejalan dengan target perusahaan untuk menggenjot jumlah produksi di 2019 menjadi 27,26 juta ton, naik 3% dari tahun lalu.
Sedang untuk volume pengangkutan di tahun ini ditargetkan naik 12% menjadi 25,3% dari realisasi pengangkutan kereta api sepanjang 2018.
Sedangkan untuk volume penjualan batu bara, Bukit Asam menargetkan mengalami pertumbuhan 15% YoY menjadi 28,38 juta ton. Dengan penjualan ke domestik sebesar 13,67 juta tn dan ekspor 14,71 juta ton.
"Peningkatan target penjualan ini ditopang oleh rencana penjualan ekspor untuk batu bara medium to high calorie ke premium market sebesar 3,8 juta ton," kata dia.
(hps/hps) Next Article Kuartal III 2019 Laba Bukit Asam Turun 21,08%
Turunnya laba ini salah satunya disebabkan karena tingginya beban pokok penjualan perusahaan, yang mengalami kenaikan sebesar 13% YoY.
Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Suhendra mengatakan terjadi kenaikan beban pokok perusahaan dari sebelumnya Rp 6,14 triliun menjadi Rp 6,96 triliun. Kenaikan ini karena biaya angkutan kereta api yang meningkat seiring dengan bertambahnya volume peningkatan volume produksi.
"Beban pokok penjualan hingga paruh 2019 ini tercatat sebesar Rp 6,96 Triliun atau mengalami kenaikan sebesar 13% dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 6,14 Triliun. Dengan komposisi dan kenaikan terbesar terjadi pada biaya angkutan kereta api seiring dengan peningkatan volume angkutan batubara dan kenaikan biaya jasa penambangan seiring dengan peningkatan produksi dan peningkatan stripping rasio pada semester pertama 2019 sebesar 4.6 dari 4.3 pada Semester 1 2018," kata Suherman dalam siaran persnya, Senin (16/9/2019).
Kenaikan ini sejalan dengan target perusahaan untuk menggenjot jumlah produksi di 2019 menjadi 27,26 juta ton, naik 3% dari tahun lalu.
Sedang untuk volume pengangkutan di tahun ini ditargetkan naik 12% menjadi 25,3% dari realisasi pengangkutan kereta api sepanjang 2018.
Sedangkan untuk volume penjualan batu bara, Bukit Asam menargetkan mengalami pertumbuhan 15% YoY menjadi 28,38 juta ton. Dengan penjualan ke domestik sebesar 13,67 juta tn dan ekspor 14,71 juta ton.
"Peningkatan target penjualan ini ditopang oleh rencana penjualan ekspor untuk batu bara medium to high calorie ke premium market sebesar 3,8 juta ton," kata dia.
(hps/hps) Next Article Kuartal III 2019 Laba Bukit Asam Turun 21,08%
Most Popular