Cukai Rokok Naik 23%, Nasib HMSP & GGRM di Ujung Tanduk?
CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
16 September 2019 06:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja eminten produsen rokok tampaknya bakal terkena imbas kebijakan pemerintah yang menaikan cukai rokok atau cukai hasil tembakau (CHT). Pelaku pasar pun mulai merubah rekomendasi mereka terhadap saham-saham rokok.
Trimegah Sekuritas salah satu perusahaan sekuritas yang sudah mengeluarkan riset dan analisis dampak dari kebijakan tersebut terhadap saham rokok. Rekomendasi broker ini berubah dari overweight menjadi neutral.
Analis Trimega Heribertus Ariando dan Darien Sanusi dalam risetnya memperkirakan dampak dari kebijakan tersebut akan mempengaruh pertumbuhan pendapatan emiten rokok, khususnya PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM).
"Kami percaya pertumbuhan pendapatan 2020 akan mengalami tren turun, dimana HMSP turun 14% dan GGRM turun 18%. Nam kami berharap para produsen rokok akan menaikkan harga untuk sisa tahun ini...Kami menurunkan peringkat HMSP dan GGRM menjadi Netral, tetapi jika kami memilih di antara keduanya, kami yakin penghasilan HMSP akan lebih defensif dan lebih visible," kata kedua analis tersebut dalam risetnya yang dipublikasi akhir pekan lalu, Jumat (13/9/2019).
Pakan lalu, pemerintah memutuskan untuk menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) sebesar 23% mulai 1 Januari 2020. Keputusan tersebut dikemukakan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, usaimenggelar rapat secara tertutup di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (13/9/2019).
"Kami sudah sampaikan kepada Pak Presiden, dan mendapat pandangan dari Menko Perekonomian, Menko PMK, Menperin, Mentan, dan Pak Wapres, dan Menaker," kata Sri Mulyani.
"Kita semua akhirnya memutuskan untuk kenaikan cukai rokok ditetapkan sebesar 23%," tegas Sri Mulyani di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
Informasi kenaikan cukai rokok ini tidak berdampak signifikan atas gerak saham emiten rokok Jumat kemarin karena diumumkan setelah perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah ditutup pada pukul 16.00 WIB.
Namun ke depannya saham emiten rokok diperkirakan akan mengalami tekanan dalam jangka pendek.
Analis PT FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo menilai kenaikan tarif cukai ini akan menjadi sentimen yang mempengaruhi pergerakan saham perusahaan rokok. Sebab, ada kemungkinan penjualan perusahaan emiten rokok akan tertekan, jika kenaikan tarif cukai ini tidak dibebankan ke pembeli.
"Dalam jangka pendek berpeluang adanya tekanan pada harga saham emiten rokok, merespons berita tersebut," kata Wisnu kepada CNBC Indonesia, Jumat (13/9/2019).
Dia menilai, tarif sebesar 23% ini cukup besar nilainya dan akan sangat membebani perusahaan. "Mau tidak mau perseroan harus menaikkan harga jual rokok di atas kenaikan tarif cukai rokok untuk menjaga pertumbuhan kinerja agar tetap bagus," kata dia.
Kenaikan Cukai akan Tekan Saham Rokok
[Gambas:Video CNBC]
Sementara itu, pengusaha menilai kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menaikkan tarif cukai rokok sebesar 23% dan harga jual eceran (HJE) sebesar 35% mulai 1 Januari 2020 bakal memberatkan industri tembakau.
Ketua Umum Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (GAPPRI) Henry Najoan dalam siaran pers Minggu (15/9/2019). Ia bahkan menganggap pemerintah tak peduli nasib petani tembakau dan nasib tenaga kerja.
"Keputusan yang dilakukan pemerintah ini juga tidak pernah dikomunikasikan dengan kalangan industri," kata Henry. Keputusan itu dinilai memberatkan Industri Hasil Tembakau (IHT), karena tidak pernah diminta masukan.
Ditegaskannya naiknya cukai akan membuat setoran ke pemerintah naik drastis. Serta memicu maraknya rokok ilegal di pasaran.
Saham empat emiten rokok yang akan terimbas kenaikan CHT yakni Gudang Garam, HM Sampoerna, PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA), PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM).
Mengacu data BEI, pada perdagangan Jumat kemarin, hanya saham Gudang Garam yang menguat 0,77% di level Rp 68.800/saham, sementara tiga emiten rokok lainnya amblas.
Investor asing hari ini masuk ke saham GGRM mencapai Rp 17,77 miliar di pasar reguler, sementara di pasar negosiasi dan tunai, asing melego saham Gudang Garam Rp 11,08 miliar. Secara tahun berjalan atau year to date, asing keluar dari saham GGRM Rp 1,27 triliun di semua pasar.
Saham Sampoerna terkoreksi 0,71% di level Rp 2.800/saham, dengan catatan net sell asing Rp 6,06 miliar. Year to date asing malah masuk di saham produsen rokok A Mild dan Dji Sam Soe ini sebanyak Rp 584 miliar di semua pasar.
Saham Bentoel International Investama minus paling dalam yakni 2,86% di level Rp 340/saham. Asing tak ada yang masuk di saham Bentoel hari ini, hanya investor domestik menjadi penggerak turun saham perusahaan.
Adapun saham Wismilak Inti Makmur minus 0,95% di level Rp 208/saham, asing melego saham Wismilak cenderung rendah yakni hanya Rp 40,60 juta di pasar reguler. Year to date asing melepas Rp 16,14 miliar di semua pasar.
(hps/hps) Next Article Waspada! Cukai Rokok Naik, Pendapatan HMSP & GGRM Bisa Turun
Trimegah Sekuritas salah satu perusahaan sekuritas yang sudah mengeluarkan riset dan analisis dampak dari kebijakan tersebut terhadap saham rokok. Rekomendasi broker ini berubah dari overweight menjadi neutral.
Analis Trimega Heribertus Ariando dan Darien Sanusi dalam risetnya memperkirakan dampak dari kebijakan tersebut akan mempengaruh pertumbuhan pendapatan emiten rokok, khususnya PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM).
"Kami percaya pertumbuhan pendapatan 2020 akan mengalami tren turun, dimana HMSP turun 14% dan GGRM turun 18%. Nam kami berharap para produsen rokok akan menaikkan harga untuk sisa tahun ini...Kami menurunkan peringkat HMSP dan GGRM menjadi Netral, tetapi jika kami memilih di antara keduanya, kami yakin penghasilan HMSP akan lebih defensif dan lebih visible," kata kedua analis tersebut dalam risetnya yang dipublikasi akhir pekan lalu, Jumat (13/9/2019).
"Kami sudah sampaikan kepada Pak Presiden, dan mendapat pandangan dari Menko Perekonomian, Menko PMK, Menperin, Mentan, dan Pak Wapres, dan Menaker," kata Sri Mulyani.
"Kita semua akhirnya memutuskan untuk kenaikan cukai rokok ditetapkan sebesar 23%," tegas Sri Mulyani di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
Informasi kenaikan cukai rokok ini tidak berdampak signifikan atas gerak saham emiten rokok Jumat kemarin karena diumumkan setelah perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah ditutup pada pukul 16.00 WIB.
Namun ke depannya saham emiten rokok diperkirakan akan mengalami tekanan dalam jangka pendek.
Analis PT FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo menilai kenaikan tarif cukai ini akan menjadi sentimen yang mempengaruhi pergerakan saham perusahaan rokok. Sebab, ada kemungkinan penjualan perusahaan emiten rokok akan tertekan, jika kenaikan tarif cukai ini tidak dibebankan ke pembeli.
"Dalam jangka pendek berpeluang adanya tekanan pada harga saham emiten rokok, merespons berita tersebut," kata Wisnu kepada CNBC Indonesia, Jumat (13/9/2019).
Dia menilai, tarif sebesar 23% ini cukup besar nilainya dan akan sangat membebani perusahaan. "Mau tidak mau perseroan harus menaikkan harga jual rokok di atas kenaikan tarif cukai rokok untuk menjaga pertumbuhan kinerja agar tetap bagus," kata dia.
Kenaikan Cukai akan Tekan Saham Rokok
[Gambas:Video CNBC]
Sementara itu, pengusaha menilai kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menaikkan tarif cukai rokok sebesar 23% dan harga jual eceran (HJE) sebesar 35% mulai 1 Januari 2020 bakal memberatkan industri tembakau.
Ketua Umum Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (GAPPRI) Henry Najoan dalam siaran pers Minggu (15/9/2019). Ia bahkan menganggap pemerintah tak peduli nasib petani tembakau dan nasib tenaga kerja.
"Keputusan yang dilakukan pemerintah ini juga tidak pernah dikomunikasikan dengan kalangan industri," kata Henry. Keputusan itu dinilai memberatkan Industri Hasil Tembakau (IHT), karena tidak pernah diminta masukan.
Ditegaskannya naiknya cukai akan membuat setoran ke pemerintah naik drastis. Serta memicu maraknya rokok ilegal di pasaran.
Saham empat emiten rokok yang akan terimbas kenaikan CHT yakni Gudang Garam, HM Sampoerna, PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA), PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM).
Mengacu data BEI, pada perdagangan Jumat kemarin, hanya saham Gudang Garam yang menguat 0,77% di level Rp 68.800/saham, sementara tiga emiten rokok lainnya amblas.
Investor asing hari ini masuk ke saham GGRM mencapai Rp 17,77 miliar di pasar reguler, sementara di pasar negosiasi dan tunai, asing melego saham Gudang Garam Rp 11,08 miliar. Secara tahun berjalan atau year to date, asing keluar dari saham GGRM Rp 1,27 triliun di semua pasar.
Saham Sampoerna terkoreksi 0,71% di level Rp 2.800/saham, dengan catatan net sell asing Rp 6,06 miliar. Year to date asing malah masuk di saham produsen rokok A Mild dan Dji Sam Soe ini sebanyak Rp 584 miliar di semua pasar.
Saham Bentoel International Investama minus paling dalam yakni 2,86% di level Rp 340/saham. Asing tak ada yang masuk di saham Bentoel hari ini, hanya investor domestik menjadi penggerak turun saham perusahaan.
Adapun saham Wismilak Inti Makmur minus 0,95% di level Rp 208/saham, asing melego saham Wismilak cenderung rendah yakni hanya Rp 40,60 juta di pasar reguler. Year to date asing melepas Rp 16,14 miliar di semua pasar.
(hps/hps) Next Article Waspada! Cukai Rokok Naik, Pendapatan HMSP & GGRM Bisa Turun
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular