Goyang Terus, IHSG Sempat Cicipi Lagi Level 6.400

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 September 2019 15:17
Harapan akan adanya damai dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China menjadi pemicu utama penguatan IHSG dan mayoritas bursa Asia lainnya
Foto: detik.com

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penguatan bahkan sempat mencicipi lagi level 6.400, meski harus mengakhiri pekan ini di bawah level tersebut. Sepanjang pekan ini IHSG menguat 0,41% ke level 6.334,84.

Bursa kebanggaan Indonesia ini menyentuh level 6.400 pada Kamis (12/9/19) lalu, menjadi yang pertama kalinya sejak 1 Agustus. Namun sayangnya setelah mencapai level tersebut IHSG langsung berbalik melemah, mengakhiri perdagangan Kamis di zona merah.

Pelemahan di hari Kamis tersebut sekaligus menghentikan rentetan penguatan IHSG dalam enam hari berturut-turut.

Harapan akan adanya damai dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China menjadi pemicu utama penguatan IHSG dan mayoritas bursa Asia lainnya, bahkan bursa saham secara global.

Pemerintah Tiongkok pada hari Rabu (11/9/19) menghapus pengenaan bea masuk untuk importasi 734 produk AS di antaranya daging sapi, daging babi, kedelai, dan tembaga. Presiden AS Donald Trump memuji langkah ini. Menurut Trump, Beijing sudah melakukan langkah besar.  

"Mereka (China) pernah membuat sejumlah kebijakan yang cukup baik. Saya rasa ini gestur yang baik. Namun yang sekarang adalah langkah besar," kata Trump, seperti diwartakan Reuters.

Selanjutnya pada Kamis (12/9/2019) waktu AS, Presiden Trump mengatakan kepada wartawan bahwa dia ingin menandatangani perjanjian penuh dengan Beijing, namun dia membuka opsi untuk mencapai kesepakatan sementara.

"Bayak orang membicarakannya, saya melihat banyak analis mengatakan kesepakatan sementara - artinya kita akan mendahulukan yang mudah dulu. Tetapi tidak ada yang mudah atau sulit. Ada kesepakatan atau tidak ada kesepakatan. Tapi itu sesuatu (opsi) yang akan kita pertimbangkan, kurasa," ujar Trump seperti dikutip CNBC International.

Melansir CNBC International, delegasi kedua negara dijadwalkan bertemu pada pekan depan guna melanjutkan usaha untuk menyusun rancangan kesepakatan dagang.

Harapan akan damai dagang AS-China membuncah, selera terhadap risiko (risk appetite) pelaku pasar membuncah. Aset-aset berisiko dan berimbal hasil tinggi menjadi incaran pelaku pasar.

Risk appetite kembali meningkat setelah European Central Bank (ECB) menggelontorkan paket stimulus moneter.

Dalam pengumuman kebijakan moneter Kamis lalu, ECB memangkas suku bunga deposito (deposit facility) sebesar 10 basis poin (bps) menjadi -0,5%, sementara main refinancing facility tetap sebesar 0% dan suku bunga pinjaman (lending facility) juga tetap sebesar 0,25%.

Selain memangkas suku bunga, bank sentral pimpinan Mario Draghi ini juga mengaktifkan kembali program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) atau yang dikenal dengan quantitative easing yang sebelumnya sudah dihentikan pada akhir tahun lalu.

Program pembelian aset kali ini akan dimulai pada 1 November dengan nilai 20 miliar euro per bulan. Berdasarkan rilis ECB yang dilansir Reuters, QE kali ini tanpa batas waktu, artinya akan terus dilakukan selama dibutuhkan untuk memberikan stimulus bagi perekonomian zona euro.

Langkah ECB disambut baik pelaku pasar, paket kebijakan tersebut diharapkan mampu membangkitkan perekonomian di blok 19 negara. Di kala perekonomian bangkit, selera terhadap risiko investor meningkat, dan aset-aset berisiko yang memberikan return tinggi seperti saham kembali menjadi sasaran investasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article IHSG Berhasil Menguat Meski Angka PDB Tidak Sesuai Harapan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular