Indonesia Berduka, IHSG Bisa Menguat 7 Hari Beruntun

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 September 2019 09:42
Indonesia Berduka, IHSG Bisa Menguat 7 Hari Beruntun
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan hari ini dengan apresiasi sebesar 0,27% ke level 6.398,995. Pada pukul 09:30 WIB, penguatan IHSG adalah sebesar 0,29% ke level 6.400,12.

Jika apresiasinya bertahan hingga akhir perdagangan, maka IHSG akan resmi mencetak penguatan selama tujuh hari beruntun.

Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga sedang melaju di zona hijau: indeks Nikkei menguat 0,84%, indeks Shanghai naik 0,11%, dan indeks Hang Seng terkerek 0,2%.

Hubungan AS-China di bidang perdagangan yang semakin romantis sukses memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Pada pagi hari ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan melalui media sosial Twitter bahwa kenaikan bea masuk bagi produk impor asal China yang sebelumnya dijadwalkan akan mulai berlaku pada tanggal 1 Oktober, diundur menjadi tanggal 15 Oktober.

Untuk diketahui, bea masuk yang diundur tersebut merupakan bea masuk yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 250 miliar. Pemerintahan Presiden Trump akan menaikkan bea masuk bagi produk senilai US$ 250 miliar tersebut menjadi 30%, dari yang sebelumnya 25%.

Trump mengungkapkan bahwa keputusan tersebut diambil berdasarkan permintaan dari Wakil Perdana Menteri China Liu He, beserta dengan fakta bahwa tanggal 1 Oktober merupakan peringatan ke 70 tahun dari lahirnya Republik Rakyat China.

Lantas, etikat baik dari AS ini melengkapi etikat baik yang sudah ditunjukkan oleh China. Kemarin (11/9/2019), Kementerian Keuangan China mengumumkan daftar produk impor asal AS yang akan dibebaskan dari pengenaan bea masuk baru. Melansir CNBC International, ada sebanyak 16 jenis produk impor yang diberikan pembebasan oleh China, termasuk pakan ternak, obat untuk kanker, dan pelumas. Pembebasan ini akan mulai berlaku pada tanggal 17 September hingga September 2020.

Sebelumnya, indikasi bahwa China akan mengumumkan kebijakan semacam ini sudah tercium dari pernyataan Hu Xijin selaku Pemimpin Redaksi Global Times. Melalui cuitan di akun Twitter, Hu menyebut bahwa China akan mengumumkan sebuah kebijakan untuk mengurangi dampak dari perang dagang dengan AS, di mana kebijakan tersebut disebutnya akan menguntungkan kedua belah pihak.

"Berdasarkan yang saya tahu, China akan mengumumkan kebijakan untuk mengurangi dampak negatif dari perang dagang. Kebijakan tersebut akan menguntungkan beberapa perusahaan baik dari China maupun AS," tulis Hu.

Untuk diketahui, Global Times merupakan sebuah tabloid yang berada di bawah naungan People's Daily. People's Daily sendiri merupakan sebuah koran yang dikontrol oleh Partai Komunis China. Sebelumnya, berbagai proyeksi dari Hu terkait dengan perang dagang AS-China terbukti berbuah menjadi kenyataan, termasuk untuk kali ini.

Sebagai informasi, sejauh ini kedua negara masih dijadwalkan untuk menggelar negosiasi dagang secara tatap muka pada awal bulan depan. Pada hari Senin (9/9/2019), Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan bahwa perbincangan di level wakil menteri akan digelar pada bulan ini, diikuti dengan negosiasi tatap muka di level yang lebih tinggi pada awal Oktober.

Negosiasi tatap muka di AS pada awal bulan depan diketahui akan melibatkan Mnuchin sendiri, Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, Wakil Perdana Menteri China Liu He, serta Gubernur Bank Sentral China Yi Gang.

Mnuchin bahkan menyebut bahwa AS dan China telah mencapai kesepakatan terkait dengan konsep pengawasan yang akan digunakan untuk kesepakatan dagang kedua negara nantinya, melansir CNBC International.

BERLANJUT KE HALAMAN 2 -> Waspadai Saham-saham Konsumer!

Pada perdagangan hari ini, pelaku pasar patut mewaspadai pergerakan saham-saham konsumer. Pada perdagangan kemarin, indeks sektor barang konsumsi melemah sebesar 0,11%, menjadikannya satu-satunya indeks sektoral yang membukukan imbal hasil negatif sekaligus menandai koreksi selama dua hari beruntun yang dibukukan indeks sektoral tersebut.

Saham-saham konsumer dalam beberapa waktu terakhir terus dilego pelaku pasar seiring dengan rilis data penjualan barang-barang ritel yang mengecewakan. Melansir Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI) pada hari Selasa (10/9/2019), penjualan barang-barang ritel periode Juli 2019 hanya tercatat tumbuh sebesar 2,4% secara tahunan (year-on-year/YoY), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu (Juli 2018) yang sebesar 2,9%.

Untuk bulan Agustus, angka sementara menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel hanya tumbuh 3,7% YoY, jauh di bawah pertumbuhan pada Agustus 2018 yang mencapai 6,1%.

Sebagai catatan, sudah sedari Mei 2019 pertumbuhan penjualan barang-barang ritel tak bisa mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan pada bulan Juni, penjualan barang-barang ritel terkontraksi 1,8% secara tahunan. Pada Juni 2018, diketahui ada pertumbuhan sebesar 2,3%.

Pada perdagangan hari ini, indeks sektor barang konsumsi tercatat menguat dengan cukup signifikan, yakni sebesar 0,43%. Namun, ada kemungkinan aksi jual kembali menerpa saham-saham konsumer seiring dengan absennya sokongan dari sisi fundamental.

Jika ini yang terjadi, asa IHSG untuk menguat selama tujuh hari tanpa putus bisa sirna.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular