Naik Tipis, Yuan Masih Betah di Level Terlemah Dua Tahun

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 September 2019 19:27
Bagusnya data tersebut membuat yuan kurang bertenaga dalam menekan rupiah pada hari ini.
Foto: Ilustrasi Yuan (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang yuan China menguat tipis melawan rupiah pada perdagangan Rabu (11/9/2019) melanjutkan penguatan Selasa kemarin. Meski demikian yuan belum beranjak jauh dari level terlemah dua tahun, atau tepatnya terlemah sejak Juli 2017 Rp 1.965,43 yang dicapai pada awal pekan lalu.

Mata uang yang disebut juga renminbi berada di level Rp 1.975,1 pada pukul 17:50 WIB di pasar spot, melansir data Refinitiv. Yuan menguat 0,03% dibandingkan penutupan Selasa kemarin.

Yuan sebelumnya tertekan setelah data menunjukkan pada Agustus, ekspor China turun 1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY), lebih buruk dari konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan naik 2% YoY. Apalagi kalau dibandingkan Juli yang tumbuh 3,3% YoY.

Namun pada hari ini ada kabar gembira dari Negeri Tiongkok. Data yang dirilis oleh bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) menunjukkan pengucuran kredit pada Agustus mencapai 1,21 triliun yuan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya 1,06 triliun yuan.

Peningkatan kucuran kredit ke dunia usaha dan konsumen tersebut menjadi yang tertinggi dalam enam bulan terakhir, mengindikasikan geliat aktivitas ekonomi Tiongkok meningkat meski sedang perang dagang dengan Amerika Serikat (AS).

Di sisi lain, rupiah sebenarnya juga dalam kondisi bagus. Data dari dalam negeri positif sejak pekan lalu. Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Agustus merupakan yang tertinggi sejak Februari 2018. Data ini menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan Indonesia, karena ada keyakinan BI punya amunisi yang semakin memadai untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Kemudian Selasa kemarin BI melaporkan penjualan ritel yang dicerminkan dari Indeks Penjualan Riil (IPR) membaik pada Juli dengan pertumbuhan 2,4% year-on-year (YoY). Membaik dibandingkan Juni yang mengalami kontraksi alias minus 1,8%.

Kemudian untuk penjualan ritel Agustus, BI memperkirakan terjadi pertumbuhan 3,7%. Lebih tinggi dibandingkan Juli, tetapi kalah dibandingkan Agustus 2018 yang mampu tumbuh 6,1%.

Bagusnya data tersebut membuat yuan kurang bertenaga dalam menekan rupiah pada hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular