Bos Medco Bicara Perang Dagang AS-China, Tak akan Lama!

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
11 September 2019 17:15
Hal ini juga turut berdampak bagi pelaku industri minyak dan gas tanah air, PT Medco Energy Tbk (MEDC).
Foto: CNBC Indonesia TV
Jakarta, CNBC Indonesia - Masih berkecamuknya perang tarif antara Amerika Serikat dan China ikut menekan harga komoditas global, salah satunya adalah minyak mentah dunia. Hal ini juga turut berdampak bagi pelaku industri minyak dan gas tanah air, PT Medco Energy Tbk (MEDC).

Presiden Direktur Medco Energy Hilmi Panigoro menuturkan, gejolak perang dagang menyebabkan harga komoditas dunia menjadi bergejolak. Hal ini menyebabkan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price ikut tertekan, pada Agustus 2019 harga ICP menyentuh level US$ 57,26 per barel, turun sebesar US$ 4,05 per barel dari bulan sebelumnya.

Namun Hilmi menyebut, perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia itu tidak bakal berlangsung terlalu lama, mengingat kedua negara tersebut akan saling membutuhkan untuk menggerakkan perekonomian. Perang dagang, kata Hilmi pada akhirnya akan mencapai kesepakatan dagang.

Hal ini kata dia terlihat dari mulai adanya usulan kesepakatan damai dagang. South China Morning Post mengabarkan, Pemerintah China telah memberi penawaran kepada AS untuk membeli produk-produk agrikultur dari Negeri Paman Sam dengan jumlah yang lebih besar.

Sebagai gantinya, pihak China meminta AS untuk menunda pengenaan bea masuk baru, serta melonggarkan sanksi terhadap Huawei yang merupakan raksasa perusahaan telekomunikasi asal China.

"AS dan China saling membutuhkan, mereka cuma hanya meningkatkan nilai tawar saja, pada akhirnya saya yakin mereka akan mencapai kesepakatan," kata Hilmi Panigoro, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Rabu (11/9/2019).

Menyiasati dampak dari perang dagang, perusahaan dengan kode saham MEDC itu fokus melakukan strategi efisiensi dengan menjaga biaya produksi di level 10 US$ per barel, sehingga ketika harga minyak mentah dunia anjlok, MEDC masih meraup keuntungan.

Pada tahun ini, Medco akan mengalokasikan belanja modal sebesar US$ 400 juta yang ditujukan untuk pengembangan Medco E&P, tetapi juga pengembangan blok Bualuang, Meliwis, dan proyek PLTG Medco Power di Riau, berkapasitas 275 MW.

"Kami betul-betul memilih lapangan-lapangan yang sesuai dengan kemampuan kami. Kami tidak pilih lapangan laut dalam, tidak pilih oil shale, dan sebagainya. Jadi sekarang kalau tidak onshore ya shallow offshore yang biayanya relatif lebih rendah," pungkas Hilmi.
(hps/hps) Next Article MEDC Buyback Obligasi, Harga Rp 2,2 Triliun & Rp 9,5 Triliun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular