
Bos Medco Beberkan Alasan Pelepasan Blok Migas
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
11 September 2019 12:32

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) akan mengembalikan Blok North East Bangkanai ke pemerintah. Pengembalian ini dilatarbelakangi oleh faktor risiko tinggi pada blok tersebut yang dinilai tidak baik untuk keekonomian perusahaan.
Presiden Direktur MEDC Hilmi Panigoro menjelaskan, dalam perusahaan minyak, pada dasarnya selalu ingin menjaga keseimbangan antara blok eksplorasi dan blok produksi. Mengingat perusahaan baru saja mengakuisisi Ophir yang notabene memiliki banyak blok eksplorasi, maka Medco akan melakukan penyeimbangan.
"Blok-blok eksplorasi yang risikonya tinggi kami jual atau kami kembalikan ke negara. Nah, North East Bangkanai ini salah satu yang menurut kami risikonya tinggi dan sudah selesai semua komitmennya, makanya kami kembalikan ke pemerintah," ujar Hilmi dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Rabu (11/9/2019).
"Blok eksplorasi itu kan kami lakukan seismic, pengeboran, dan kemudian evaluasi. Kalau tidak prospektif ya kami kembalikan," tambah Hilmi.
Namun, pihaknya juga masih mempertahankan blok-blok lain yang dinilai memiliki prospek yang bagus, seperti Blok Meliwis di Jawa Timur dan blok Bualuang di Thailand.
"Untuk blok-blok itu, kami kembangkan, kami spent more money, capital expenditure (capex), kami perbaiki fasilitas produksinya. Di Thailand hari ini produksinya 7.000 barel per hari (bph), akan kami tingkatkan jadi 10.000 bph," jelas Hilmi.
Sehingga, lanjutnya, pada tahun ini, paling tidak perusahaan akan menghabiskan belanja modal sebesar US$ 400 juta, namun bukan hanya untuk Medco E&P, tetapi juga pengembangan blok Bualuang, Meliwis, dan proyek PLTG Medco Power di Riau, berkapasitas 275 MW.
"Kami betul-betul memilih lapangan-lapangan yang sesuai dengan kemampuan kami. Kami tidak pilih lapangan laut dalam, tidak pilih oil shale, dan sebagainya. Jadi sekarang kalau tidak onshore ya shallow offshore yang biayanya relatif lebih rendah," pungkas Hilmi.
(hps/hps) Next Article Live! Bos Medco Buka-bukaan Soal Bisnis Migas di RI
Presiden Direktur MEDC Hilmi Panigoro menjelaskan, dalam perusahaan minyak, pada dasarnya selalu ingin menjaga keseimbangan antara blok eksplorasi dan blok produksi. Mengingat perusahaan baru saja mengakuisisi Ophir yang notabene memiliki banyak blok eksplorasi, maka Medco akan melakukan penyeimbangan.
"Blok-blok eksplorasi yang risikonya tinggi kami jual atau kami kembalikan ke negara. Nah, North East Bangkanai ini salah satu yang menurut kami risikonya tinggi dan sudah selesai semua komitmennya, makanya kami kembalikan ke pemerintah," ujar Hilmi dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Rabu (11/9/2019).
"Blok eksplorasi itu kan kami lakukan seismic, pengeboran, dan kemudian evaluasi. Kalau tidak prospektif ya kami kembalikan," tambah Hilmi.
"Untuk blok-blok itu, kami kembangkan, kami spent more money, capital expenditure (capex), kami perbaiki fasilitas produksinya. Di Thailand hari ini produksinya 7.000 barel per hari (bph), akan kami tingkatkan jadi 10.000 bph," jelas Hilmi.
Sehingga, lanjutnya, pada tahun ini, paling tidak perusahaan akan menghabiskan belanja modal sebesar US$ 400 juta, namun bukan hanya untuk Medco E&P, tetapi juga pengembangan blok Bualuang, Meliwis, dan proyek PLTG Medco Power di Riau, berkapasitas 275 MW.
"Kami betul-betul memilih lapangan-lapangan yang sesuai dengan kemampuan kami. Kami tidak pilih lapangan laut dalam, tidak pilih oil shale, dan sebagainya. Jadi sekarang kalau tidak onshore ya shallow offshore yang biayanya relatif lebih rendah," pungkas Hilmi.
(hps/hps) Next Article Live! Bos Medco Buka-bukaan Soal Bisnis Migas di RI
Most Popular