
Dunia di Ambang Resesi, Aman Beli Saham Apa ya?

Lantas, bagaimana dampak resesi ke pasar saham Indonesia?
Ketika resesi di negara-negara dengan nilai perekonomian raksasa terjadi, seiring dengan kontraksi ekonomi yang terjadi di sana, maka permintaan atas produk-produk dari Indonesia juga akan terkontraksi.
Pada akhirnya, penjualan dari perusahaan-perusahaan yang melantai di tanah air akan tertekan dan membebani laju perekonomian secara keseluruhan.
Resesi terakhir yang di AS terjadi pada tahun 2008. Kala itu, penyaluran kredit properti kepada debitur yang tidak layak (subprime mortgage) tak hanya menyebabkan negara dengan nilai perekonomian di dunia tersebut masuk ke jurang resesi, namun juga menyebabkan perekonomian di berbagai belahan dunia mengalami krisis keuangan atau yang lazim disebut krisis keuangan global.
Terhitung dalam periode 27 Desember 2007 hingga 5 Maret 2009, indeks S&P 500 yang merupakan salah satu indeks saham acuan utama di AS ambruk hingga 54,43%. Dalam periode yang sama, IHSG ambruk sebesar 52,55%.
Sebenarnya dalam kondisi di mana resesi terjadi, memegang instrumen yang relatif berisiko seperti saham bukan menjadi opsi utama. Emas selaku safe haven akan jauh lebih seksi di mata investor. Dalam periode 27 Desember 2007 hingga 5 Maret 2009, harga emas di pasar spot meroket hingga 13%.
Namun kalau tetap ingin memegang instrumen saham, ada satu saham yang bisa menjadi opsi pelaku pasar, yakni PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Dalam periode 27 Desember 2007 hingga 5 Maret 2009 kala IHSG ambruk sebesar 52,55%, harga saham UNVR meroket hingga 22,3%, menjadikannya saham dengan kontribusi positif terbesar bagi IHSG dalam periode tersebut.
Kinclongnya kinerja saham UNVR pada saat resesi dan krisis keuangan global melanda bisa dimaklumi. Pasalnya, UNVR merupakan emiten sektor barang konsumsi yang memang sifatnya defensif (kala perekonomian sedang lesu, tekanan terhadap penjualan perusahaan tak akan sebesar yang dialami perusahaan-perusahaan sektor lain).
Apalagi, produk dari UNVR begitu bervariasi dan sudah menjadi semacam benda wajib bagi masyarakat Indonesia untuk menjalankan kehidupan sehari-harinya. Beberapa produk Unilever di antaranya adalah Pepsodent, Lux, Lifebuoy, Dove, Sunsilk, Clear, Vaseline, Rinso, Molto, Sunlight, Wall's, Blue Band, Royco, dan Bango.
Namun begitu, pelaku pasar patut berhati-hati, jangan sampai sembarang membeli saham konsumer jika resesi benar-benar terjadi. Pasalnya, dari 10 saham dengan kontribusi terbesar bagi IHSG pada saat krisis keuangan global, hanya UNVR yang berasal dari sektor barang konsumsi.
Hal ini bisa terjadi kemungkinan karena produk dari Unilever lah yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, sehingga kinerja keuangan perusahaan diharapkan bisa kuat menahan gejolak resesi dan krisis keuangan global.
Saham-saham lain yang masuk dalam daftar tersebut kebanyakan didominasi oleh saham-saham lapis dua dan tiga yang pergerakannya relatif lebih berfluktuatif dan susah untuk diproyeksi.
Pendeknya, jika berkaca kepada sejarah, UNVR bisa jadi merupakan satu-satunya pilihan bagi investor yang ingin memeluk saham pada saat resesi terjadi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank)