
Perang Dagang Jepang-Korea Bikin Rupiah Tak Berdaya
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 September 2019 10:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akhirnya melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rantai penguatan rupiah yang sudah terjalin selama empat hari pun terputus.
Pada Rabu (11/9/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.063. Rupiah melemah 0,23% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Hingga kemarin, rupiah menguat selama empat hari perdagangan beruntun di kurs tengah BI. Selama periode tersebut, apresiasi rupiah mencapai 1,31%.
Rupiah baru melemah hari ini di kurs tengah BI, tetapi di pasar spot depresiasi mata uang Tanah Air sudah terjadi sejak kemarin. Apesnya, pelemahan rupiah berlanjut sampai hari ini.
Pada pukul 10:06 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.060 di mana rupiah melemah 0,11%. Rupiah sudah melemah sejak pembukaan pasar.
Namun jangan khawatir, sebab rupiah bukan satu-satunya mata uang yang loyo di Asia. Bahkan seluruh mata uang utama Benua Kuning melemah di hadapan dolar AS. Kacau juga ini.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:08 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Hari ini, sentimen negatif bagi pasar keuangan Asia datang dari hubungan Jepang-Korea Selatan. Sejak tengah tahun ini, keduanya terlibat perang dagang yang cukup sengit.
Baca: Kronologi Perang Dagang Jepang-Korea, Dari Luka Perang Dunia
Perkembangan terbaru, Korea Selatan berencana mengadukan Jepang ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Seoul menganggap kebijakan perdagangan Tokyo 'didasari motivasi politik' dan 'diskriminatif'.
"Kami telah memutuskan untuk mengajukan aduan tentang kebijakan Jepang kepada WTO. Tujuannya adalah mencegah kebijakan perdagangan dimanfaatkan untuk kepentingan politik," tegas Yoo Myung Hee, Menteri Perdagangan Korea Selatan, seperti diberitakan Reuters.
Menurut Yoo, korporasi di Negeri Ginseng terpukul akibat kebijakan Negeri Matahari Terbit. Tidak hanya itu, langkah Jepang juga dituding merusak rantai pasok global.
Sebelumnya, kedua negara saling menghapus tetangganya dari daftar penerima fasilitas kemudahan ekspor. Jadi sekarang ekspor Korea Selatan ke Jepang diperlakukan secara normal tanpa keistimewaan dan terkena bea masuk. Begitu pula Jepang memperlakukan ekspor Korea Selatan.
Perang dagang AS-China agak reda setelah keduanya sepakat untuk melanjutkan negosiasi bulan depan. Sekarang muncul sentimen negatif dari perang dagang di tempat lain.
Friksi dagang sama sekali tidak membantu perekonomian dunia yang sedang berat-beratnya. Di tengah ancaman resesi, perang dagang malah menambah masalah.
Oleh karena itu, investor pun memilih untuk kembali bermain aman dengan masuk ke instrumen safe haven, terutama emas. Apalagi harga emas sekarang sudah 'murah' usai anjlok sekitar 4%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Rabu (11/9/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.063. Rupiah melemah 0,23% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Hingga kemarin, rupiah menguat selama empat hari perdagangan beruntun di kurs tengah BI. Selama periode tersebut, apresiasi rupiah mencapai 1,31%.
Rupiah baru melemah hari ini di kurs tengah BI, tetapi di pasar spot depresiasi mata uang Tanah Air sudah terjadi sejak kemarin. Apesnya, pelemahan rupiah berlanjut sampai hari ini.
Pada pukul 10:06 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.060 di mana rupiah melemah 0,11%. Rupiah sudah melemah sejak pembukaan pasar.
Namun jangan khawatir, sebab rupiah bukan satu-satunya mata uang yang loyo di Asia. Bahkan seluruh mata uang utama Benua Kuning melemah di hadapan dolar AS. Kacau juga ini.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:08 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Hari ini, sentimen negatif bagi pasar keuangan Asia datang dari hubungan Jepang-Korea Selatan. Sejak tengah tahun ini, keduanya terlibat perang dagang yang cukup sengit.
Baca: Kronologi Perang Dagang Jepang-Korea, Dari Luka Perang Dunia
Perkembangan terbaru, Korea Selatan berencana mengadukan Jepang ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Seoul menganggap kebijakan perdagangan Tokyo 'didasari motivasi politik' dan 'diskriminatif'.
"Kami telah memutuskan untuk mengajukan aduan tentang kebijakan Jepang kepada WTO. Tujuannya adalah mencegah kebijakan perdagangan dimanfaatkan untuk kepentingan politik," tegas Yoo Myung Hee, Menteri Perdagangan Korea Selatan, seperti diberitakan Reuters.
Menurut Yoo, korporasi di Negeri Ginseng terpukul akibat kebijakan Negeri Matahari Terbit. Tidak hanya itu, langkah Jepang juga dituding merusak rantai pasok global.
Sebelumnya, kedua negara saling menghapus tetangganya dari daftar penerima fasilitas kemudahan ekspor. Jadi sekarang ekspor Korea Selatan ke Jepang diperlakukan secara normal tanpa keistimewaan dan terkena bea masuk. Begitu pula Jepang memperlakukan ekspor Korea Selatan.
Perang dagang AS-China agak reda setelah keduanya sepakat untuk melanjutkan negosiasi bulan depan. Sekarang muncul sentimen negatif dari perang dagang di tempat lain.
Friksi dagang sama sekali tidak membantu perekonomian dunia yang sedang berat-beratnya. Di tengah ancaman resesi, perang dagang malah menambah masalah.
Oleh karena itu, investor pun memilih untuk kembali bermain aman dengan masuk ke instrumen safe haven, terutama emas. Apalagi harga emas sekarang sudah 'murah' usai anjlok sekitar 4%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular