Ada Ancaman Resesi, Korporasi Hati-hati Galang Dana di Bursa

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
10 September 2019 16:50
Selain itu, dimulainya era suku bunga rendah menyebabkan volatilitas dan tekanan di pasar keuangan global meningkat, termasuk di Indonesia.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan cenderung hati-hati menghimpun pendanaan dari pasar modal baik melalui penerbitan saham maupun emisi obligasi. Hal ini disebabkan menguat-nya ketidakpastian dan ancaman resesi ekonomi global.

Bahana Sekuritas menilai ketidakpastian di pasar keuangan masih berkecamuk lantaran belum redanya ketegangan konflik dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Selain itu, dimulainya era suku bunga rendah menyebabkan volatilitas dan tekanan di pasar keuangan global meningkat, termasuk di Indonesia.

''Saat tren suku bunga turun, biasanya pasar saham menjadi semakin menarik, namun hal itu belum maksimal terjadi di pasar keuangan domestik karena investor masih khawatir terhadap volatilitas yang ada," kata Direktur Utama PT Bahana Sekuritas Feb Sumandar, Selasa (10/8/2019).

Sumandar melanjutkan, akibat ketidakpastian itu, beberapa emiten yang tadinya berencana menerbitkan saham ataupun obligasi masih menahan diri karena khawatir bila nanti diterbitkan, tidak mampu diserap oleh pasar.

Bahana mencatat, total emisi obligasi dan sukuk hingga awal September 2019, mencapai 73 emisi dari 41 emiten dengan total nilai emisi mencapai Rp 86,1 triliun.

Bila dibandingkan dengan pencapaian tahun lalu, ada sebanyak 37 perusahaan yang mencatatkan saham perdana di BEI. Sedangkan total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat mencapai 63 emisi dari 41 perusahaan dengan total nilai sebesar Rp 77,71 triliun.

Dengan kondisi pasar yang masih volatil, Bahana menekankan adanya instrumen pembiayaan alternatif yang membuat inevstor masih tetap yakin berinvestasi yang pada akhirnya diserap oleh pasar. Instrumen alternatif ini antara lain: reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) ataupun kontrak investasi kolektif efek beragun asset (KIK EBA).

Baru-baru ini misalnya, Bukopin mencatat kontrak investasi kolektif efek beragun asset (KIK EBA) Bahana Bukopin Kumpulan Tagihan Kredit Pensiunan yang Dialihkan Kelas A1, dengan nilai emisi mencapai Rp 480.400.000, dengan tingkat bunga sebesar 9,25%.
(hps/hps) Next Article Perusahaan Fiber Optik Terbitkan Obligasi Rp 700 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular