
Rupiah Menguat 1,37% dalam 4 Hari, Waspada Profit Taking!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 September 2019 08:21

Namun, rupiah tetap harus waspada karena mata uang Tanah Air rentan terserang ambil untung (profit taking). Sebelum hari ini, rupiah sudah menguat empat hari beruntun. Dalam periode tersebut, apresiasi rupiah mencapai 1,37%.
Oleh karena itu, akan ada saja investor yang mulai mencairkan keuntungan. Ketika ini terjadi, rupiah berisiko mengalami tekanan.
Selain itu, risiko tekanan terhadap rupiah juga hadir dari sisi eksternal. Dolar AS sedang perkasa di level global, terlihat dari Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) yang menguat 0,1% pada pukul 08:10 WIB.
Penguatan dolar AS disebabkan oleh rilis data ekonomi terbaru di AS yang positif. Pada Juli, penyaluran kredit konsumsi di Negeri Paman Sam tumbuh 6,8% year-on-year (YoY). Membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 4,1% YoY.
Data ini menggambarkan bahwa konsumsi rumah tangga di AS masih cukup kuat. Mengingat konsumsi rumah tangga menyumbang hampir 70% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), maka ada harapan pertumbuhan AS bakal membaik.
Oleh karena itu, masih ada harapan (meski sangat tipis) bahwa Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed tidak akan terlalu agresif dalam memangkas suku bunga acuan. Sebab perekonomian AS masih bergeliat, bisa saja ada pandangan belum membutuhkan pelonggaran moneter lebih lanjut.
Harapan ini, meski lagi-lagi sangat tipis, sepertinya cukup efektif untuk membawa angin segar kepada dolar AS. Akibatnya, dolar AS mampu menguat terhadap sebagian besar mata uang utama Asia. Jadi rupiah mesti tetap waspada.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Oleh karena itu, akan ada saja investor yang mulai mencairkan keuntungan. Ketika ini terjadi, rupiah berisiko mengalami tekanan.
Selain itu, risiko tekanan terhadap rupiah juga hadir dari sisi eksternal. Dolar AS sedang perkasa di level global, terlihat dari Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) yang menguat 0,1% pada pukul 08:10 WIB.
Data ini menggambarkan bahwa konsumsi rumah tangga di AS masih cukup kuat. Mengingat konsumsi rumah tangga menyumbang hampir 70% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), maka ada harapan pertumbuhan AS bakal membaik.
Oleh karena itu, masih ada harapan (meski sangat tipis) bahwa Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed tidak akan terlalu agresif dalam memangkas suku bunga acuan. Sebab perekonomian AS masih bergeliat, bisa saja ada pandangan belum membutuhkan pelonggaran moneter lebih lanjut.
Harapan ini, meski lagi-lagi sangat tipis, sepertinya cukup efektif untuk membawa angin segar kepada dolar AS. Akibatnya, dolar AS mampu menguat terhadap sebagian besar mata uang utama Asia. Jadi rupiah mesti tetap waspada.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular