
Sanggup Tembus 14.000 per Dolar AS Hari Ini, Rupiah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah semakin menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan semakin mendekati level US$ 14.000/US$ pada perdagangan Senin (9/9/19). Membaiknya sentimen pelaku pasar, ditambah data tenaga kerja AS yang mengecewakan membuat Mata Uang Garuda terus berjaya melawan Mata Uang Sam.
Tanda-tanda rupiah akan menguat pada perdagangan hari ini sudah terlihat sejak pekan lalu setelah berhasil mencatat penguatan mingguan dan berada di level terkuat 1 bulan.
Kembalinya minat investor terhadap aset-aset berisiko (risk appetite) memberikan efek positif ke rupiah. Bursa saham, baik di Asia, Eropa, hingga AS menghijau pada pekan lalu dan masih berlanjut pada hari ini.
Kabar dari China menambah sentimen positif di pasar global. Bank Sentral China (People's Bank of China/PBoC) sudah memutuskan kembali menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 50 bps untuk semua bank. Kebijakan ini diperkirakan mampu memompa likuiditas sebanyak CNY 900 miliar dan menurunkan suku bunga kredit perbankan.
Sementara itu, data tenaga kerja AS yang variatif membuat dolar AS loyo. Data yang dirilis Jumat pekan lalu ini terdiri dari tiga item: penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll/NFP), rata-rata upah per jam, dan tingkat pengangguran.
NFP dirilis mengecewakan, sebanyak 130.000 orang, lebih rendah dari sebelumnya 164.000 orang, juga lebih rendah dari prediksi di Forex Factory sebesar 165.000 orang. Meski data tersebut variatif, tetapi Gubernur bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell, menilai data tenaga kerja masih cukup kuat.
Dalam diskusi panel di Zurich Swiss, Powell mengatakan rilis tenaga kerja bulan Agustus konsisten dengan pandangan The Fed jika pasar tenaga kerja masih cukup kuat. Pada kesempatan yang sama, Powell juga menegaskan meski kondisi global saat ini dipenuhi ketidakpastian, tetapi ia tidak melihat dan atau memperkirakan AS akan mengalami resesi.
Tapi jika dicermati, pernyataan Powell sebenarnya hampir sama dengan pernyataan sebelumnya saat pertemuan Jackson Hole pada Agustus lalu. Akibatnya, tidak ada perubahan ekspektasi pelaku pasar jika The Fed akan memangkas lagi suku bunganya pada pekan depan, dan dolar pun tertekan.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
