No Deal Brexit, UNCTAD: Ekspor Inggris Bisa Tekor Rp 226 T

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
04 September 2019 09:05
No deal Brexit akan merugikan perdagangan negeri itu mencapai US$ 16 miliar.
Foto: Boris Johnson Ancam Gelar Pemilu Demi Brexit (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) memprediksi keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE) tanpa kesepakatan atau no deal Brexit akan merugikan perdagangan negeri itu mencapai US$ 16 miliar atau setara dengan Rp 226 triliun (asumsi kurs Rp 14.100/US$).

"Penelitian UNCTAD menunjukkan bahwa Brexit tampa kesepakatan akan mengakibatkan kerugian ekspor Inggris setidaknya US$ 16 miliar, yang mewakili perkiraan hilangnya 7% keseluruhan ekspor Inggris ke UE," kata laporan UNCTAD, dikutip Reuters, Rabu (4/9/2019).

UNCTAD adalah organisasi internasional yang didirikan pada pada 1969 dan merupakan organ utama PBB dalam menangani isu perdagangan dan investasi. Anggota ada 191 negara dan bermarkas pusat di Jenewa, Swiss.


Kerugian itu, menurut UNCTAD, termasuk potensi kerugian perdagangan sebesar US$ 5 miliar dalam ekspor kendaraan bermotor, US$ 2 miliar pada produk-produk hewani dan US$ 2 miliar lagi untuk pakaian jadi dan tekstil.

UNCTAD mengatakan angka US$ 16 miliar itu konservatif, dan hanya memperhitungkan kenaikan tarif UE. "Kerugian ini akan jauh lebih besar karena langkah-langkah non-tarif, kontrol perbatasan dan gangguan akibat dari jaringan produksi Inggris-UE yang ada," kata laporan UNCTAD.

Laporan itu diterbitkan ketika Parlemen Inggris memperdebatkan upaya menghentikan Inggris yang akan keluar dari Uni Eropa dengan tenggat 31 Oktober mendatang tanpa kesepakatan transisi.

Menurut UNCTAD, 20% dari ekspor Inggris di luar UE berada pada risiko tarif yang lebih tinggi di pasar misalnya perdagangan dengan Turki, Afrika Selatan, Kanada dan Meksiko. Negara-negara ini memiliki kesepakatan perdagangan istimewa dengan UE tetapi belum setuju untuk melanjutkan insentif atau manfaat (roll-over) perdagangan dengan Inggris.

Laporan ini memperkirakan, jika Inggris tidak mencapai kesepakatan sebelum keluar dari UE, Inggris akan kehilangan US$ 2 miliar lagi dalam ekspor, dengan tarif yang lebih tinggi untuk mobil, makanan olahan, pakaian dan tekstil, dengan potensi kehilangan ekspor kendataan bermotor sebesar US$ 750 juta.

Masih banyak kerugian yang bisa terjadi jika Inggris gagal menyelesaikan kesepakatan roll-over dengan Vietnam dan negara-negara Mercosur (organisasi negara-negara Amerika Selatan) seperti Argentina, Brasil, Paraguay dan Uruguay, yang baru-baru ini menandatangani perjanjian perdagangan dengan UE.


(tas) Next Article Inggris Cerai dari Uni Eropa Pekan Depan, Pasar Sudah Siap?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular