Kabar Central Park Dilego, Ini Broker yang Jual & Beli APLN

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
03 September 2019 14:48
Kabar Central Park Dilego, Ini Broker yang Jual & Beli APLN
Foto: dok. Senayan City
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Agung Podomoro Tbk (APLN) pada Selasa ini (3/9/2019) jadi perbincangan hangat pelaku pasar. Pasalnya di luar kebiasaan harga saham ini melesat secara bertahap dan sempat naik 30%.

Hingga awal perdagangan sesi II Selasa ini, harga saham APLN naik 30,58% ke level harga Rp 246/saham. Volume transaksi mencapai 729,35 juta saham atau senilai Rp 170,18 miliar.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), siapa saja broker yang mentransaksikan saham APLN tersebut. Adapun lima broker yang menjadi pembeli terbanyak saham APLN, yaitu:
  1. Indo Premier Sekuritas senilai Rp 52 miliar
  2. Mirae Asset Sekuritas Indonesia senilai Rp 18,2 miliar
  3. Lotus Andalan Sekuritas senilai Rp 13,6 miliar
  4. Mandiri Sekuritas senilai Rp 13,1 miliar
  5. Jasa Utama Capital Sekuritas senilai Rp 9,6 miliar
Sementara itu, lima broker yang paling banyak membeli saham APLN, yaitu:
  1. Mirae Asset Sekiritas Indonesia senilai Rp 24,4 miliar.
  2. Mandiri Sekuritas senilai Rp 17,6 miliar
  3. Panin Sekuritas senilai Rp 11,7 miliar
  4. Indo Premier Sekuritas senilai Rp 11,2 miliar
  5. Lotus Andalan Sekuritas senilai Ro 11 miliar.



Di kalangan pelaku pasar beredar kabar APLN akan menjual Mal Central Park dan Senayan City. Nilai penjualan Central Park mencapai Rp 4 triliun.

Kedua mal tersebut merupakan milik APLN dan rencana penjualan aset ini sebenarnya sudah terembus sejak perseroan mengalami kesulitan likuiditas.


CNBC Indonesia mencoba mengkonfirmasi hal ini kepada Direktur Keuangan APLN Cesar De La Crus menolak memberikan penjelasan.

"Maaf saya sedang rapat," jawabnya singkat kepada CNBC Indonesia, Selasa (03/09/2019).

Sementara itu Corporate Secretary APLN Justini Omas tak merespons pesan singkat dan panggilan telepon.

Sementara itu Direktur APLN Agung Wirajaya juga tak bersedia menjelaskan hal tersebut. "Saya tidak berkapasitas menjawab rumor tersebut," kata Agung.

Kesulitan likuiditas tersebut membuat rating atau peringkat perusahaan diturunkan menjadi CCC- dari sebelumnya B- oleh Fitch Ratings.


Moody's Investors Service juga menurunkan peringkat APLN beserta Senior Notes 2024 menjadi 'B2' dari 'B1' dengan prospek pada semua peringkat diubah menjadi peringkat 'Dalam Pengawasan' dari 'Negatif'.

Lalu PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) juga ikut menurunkan peringkat APLN menjadi BBB dengan outlook credit watch dengan implikasi negatif. Penurunan ini disebabkan karena kondisi likuiditas perusahaan yang terbatas untuk melakukan pembiayaan kembali (refinancing) utang yang akan jatuh tempo 12 bulan ke depan.


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular