Sokong Film Gundala, Ini Kinerja Bisnis EMTEK, VIVA & Mahaka

tahir saleh, CNBC Indonesia
02 September 2019 07:10
Sokong Film Gundala, Ini Kinerja Bisnis EMTEK, VIVA & Mahaka
Jakarta, CNBC Indonesia - Komik Gundala Putra Petir karya Hasmi yang terbit perdana tahun 1969 akhirnya diangkat ke layar lebar melalui film dengan judul "Gundala" yang sudah tayang perdana pada 29 Agustus 2019.

Film yang dibintangi oleh sederet aktor ternama Indonesia seperti Abimana Aryasatya, Tara Basro dan Ario Bayu dan disutradarai oleh JokoAnwar ini menghabiskan biaya produksi hingga Rp 30 miliar. Produksinya digarap oleh Bumilangit Studios yang dipayungi oleh PT Screenplay Bumilangit Produksi dan Legacy Pictures.

Ada tiga perusahaan terbuka (emiten) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menyokong dana dari film-film patriotik asli Indonesia dalam Jagat Sinema Bumilangit yakni EMTEK Group, VIVA Group dan Mahaka Group.



Bagaimana dengan kinerja tiga induk dari grup tersebut di BEI sepanjang semester I tahun ini?


EMTEK GROUP
Sepanjang semester I-2019, data laporan keuangan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) mengungkapkan bahwa induk usaha SCTV dan Indosiar ini menderita kerugian hingga Rp 1,14 triliun pada 6 bulan pertama tahun ini, membengkak dari periode yang sama tahun 2018 yang hanya Rp 90,67 miliar.

Data laporan keuangan itu menunjukkan kerugian ini berkaitan dengan penurunan nilai aset tak berwujud sebesar Rp 576,36 miliar pada semester I-2019 dari sebelumnya nihil.

Penurunan itu sehubungan dengan penurunan nilai aset tak berwujud pengguna BBM (Blackberry), berkaitan dengan layanan konsumen BBM yang berhenti efektif sejak 31 Mei 2019. Padahal pada 6 bulan pertama tahun ini, EMTEK masih mencetak pendapatan naik menjadi Rp5,40 triliun dari sebelumnya Rp 4,11 triliun.

Tahun lalu, EMTEK juga mengalami kerugian hingga Rp 2,62 triliun. Padahal di 2017 lalu, EMTK masih mencatatkan laba Rp 43,7 miliar. Perseroan mencatatkan pendapatan bersih tahun 2018 sebesar Rp 8,66 triliun atau naik dari 2017 yang hanya Rp 7,59 triliun. Namun, beban penjualan EMTK mengalami kenaikan dari Rp 238 miliar di 2017 menjadi Rp 496 miliar.

Total aset EMTK juga turun dari Rp 22,2 triliun di 2017 menjadi RP 19,5 triliun di 2018.


LANJUT HALAMAN 2: Bagaimana Kinerja VIVA dan Mahaka?

[Gambas:Video CNBC]

 

Mahaka Media

Emiten induk media milik Erick Thohir, PT Mahaka Media Tbk (ABBA) masih menderita rugi bersih entitas induk mencapai Rp 11,51 miliar pada semester I-2019 dari periode yang sama tahun 2018 yang masih untung Rp 83,87 miliar.

Kerugian ini masih dialami lantaran beban pokok pendapatan yang cukup tinggi mencapai Rp 91 miliar dari sebelumnya Rp 49 miliar. Hal ini mengingat dari sisi pendapatan, perusahaan induk media Republika ini masih mencetak kenaikan menjadi Rp 154,34 miliar dari sebelumnya hanya Rp 90,37 miliar.

Di sisi lain, anak usahanya di bidang radio, PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI) berhasil mencatatkan laba bersih pada semester I-2019 sebesar Rp 14,08 miliar. Raihan itu turun 21% dari periode yang sama tahun lalu Rp 17,73 miliar.


Mengacu laporan keuangan, pendapatan terbesar MARI diperoleh dari iklan program radio yakni Rp 41,61 miliar, dan iklan radio spot Rp 31,18 miliar. Yang menarik ada pendapatan iklan radio event off-air yang naik menjadi Rp 4,23 miliar dari Rp 2,88 miliar.

Per Juni 2019, pemegang saham MARI yakni PT Beyond Media 45,31%, R Harry Zulnardy 17,23%, Mahaka Media 10,17%, PT Pratama Prima Utama 0,17% dan publik 27,12%. Emiten ini mengelola Radio Camar, Radio Attahiriyah, Rasio Suara Irama Indah, Radio Mustang dan Radio Ramako.


LANJUT KINERJA VIVA di HALAMAN 3

VIVA Group

Dua emiten media naungan Grup Bakrie, PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) dan anak usahanya PT Intermedia Capital Tbk (MDIA) sama-sama membukukan kinerja keuangan yang mengecewakan pada semester I-2019.

Pasalnya, baik dari kinerja top line (pendapatan) maupun bottom line (laba bersih) tak satupun yang mencatatkan pertumbuhan positif, VIVA bahkan harus pasrah merugi.


Laba MDIA Amblas dan VIVA Merugi, Dalangnya Apa?Foto: CNBC Indonesia

Dari tabel di atas terlihat bahwa pendapatan MDIA dan VIVA kompak turun. Total penjualan pemilik stasiun televisi tvOne dan ANTV, yakini VIVA, turun 18,5% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi RP 1,12 triliun, dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,37 triliun.

Setelah ditelusuri, penyebab penurunan pendapatan VIVA adalah anjloknya pemasukan dari iklan. Hingga akhir Juni pendapatan iklan Viva anjlok 18,61% YoY menjadi Rp 1,11 triliun, dari Rp 1,37 triliun di semester I-2018.


Dalam siaran pers, manajemen perusahaan menyampaikan belanja iklan pada semester pertama tahun ini belum menunjukkan perbaikan, bahkan cenderung melambat. Namun, perusahaan tetap berusaha menyuguhkan konten berkualitas.

Sementara itu, kondisi MDIA bahkan tidak lebih baik karena pendapatan perusahaan terperosok 28,9% YoY menjadi Rp 756,39 miliar. Penyebab penurunan tersebut juga sama, yaitu anjloknya pendapatan iklan.

Lebih lanjut, kinerja laba bersih MDIA dan VIVA bahkan tidak kalah mengecewakan. Laba bersih MDIA terjun bebas ke level Rp 28,01 miliar, dari perolehan semester pertama tahun lalu sebesar Rp 226,08 miliar. Sementara itu, induk usahanya, VIVA, kembali merugi, bahkan nilai kerugiannya membengkak 14,35% YoY menjadi Rp 233,32 miliar.

Ini dia saham tercuan semester I-2019.

[Gambas:Video CNBC]
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular