Merger Induk Sampoerna, Kapitalisasi Bisa Tembus Rp 2.820 T

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
29 August 2019 14:40
Harga saham induk usaha PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP), Philip Morris International Inc mulai pulih.
Foto: Philip Morris/ REUTERS/Adnan Abidi
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham induk usaha PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP), Philip Morris International Inc (PMI), mulai pulih pada perdagangan Rabu kemarin (28/8/2019) setelah terkena hantaman yang cukup keras seiring dengan tersebarnya informasi bahwa PMI berniat rujuk (merger kembali) dengan Altria Group Inc (Altria).

Data perdagangan di New York Stock Exchange (NYSE) mencatat, Rabu kemarin, harga saham PMI ditutup menguat 3,65% ke level US$ 74,32/saham, dari sebelumnya anjlok 7,76%.

Sementara itu, harga saham Altria juga ditutup naik 1,33% menjadi US$ 45,85/saham setelah sebelumnya mengalami koreksi 3,97%.

Selama 2 hari lalu, saham PMI bergejolak terdorong sentimen informasi perusahaan yang sedang berdiskusi dengan Altria terkait dengan potensi penggabungan usaha (merger).


Situs resmi Philip Morris mencatat saat ini grup tersebut membawahi 77.000 karyawan di seluruh dunia, dengan 180 lebih brand produk mereka terjual dan 150 juta konsumen di seluruh dunia. Grup ini juga memiliki enam merek top dunia termasuk Marlboro. Adapun brand lain yakni L&M dan Chesterfield.

Adapun Altria, dalam situsnya, mengklaim sebagai perusahaan rokok terbesar di dunia. Altria juga merupakan induk dari Philip Morris USA, U.S. Smokeless Tobacco Company, John Middleton, Nat Sherman, Ste. Michelle Wine Estates, dan Philip Morris Capital Corporation.

B
eberapa analis telah lama memproyeksi penggabungan kembali pemilik merek Marlboro tersebut seiring dengan penurunan penjualan rokok yang mengharuskan perusahaan mencari alternatif pemasukan.

Saat kedua perusahaan berpisah di tahun 2008, penjualan rokok di pasar internasional meningkat pesat, sedangkan penjualan di pasar domestik Amerika Serikat (AS) menurun drastis.


Seiring berjalannya waktu penjualan rokok internasional pun juga melemah. Tahun 2018, PMI mencatatkan koreksi volume pengiriman rokok global sekitar 3% secara tahunan, dilansir dari CNBC International.

Pada paruh pertama tahun ini, volume penjualan rokok PMI juga terkontraksi 1,9% secara tahunan, dengan penurunan tajam salah satunya berasal dari Rusia.

Dengan demikian, penggabungan kembali usaha PMI dan Altria dianggap masuk akal untuk menggenjot pertumbuhan kedua perusahaan, serta akan mampu membentuk perusahaan rokok terbesar di dunia dengan nilai lebih dari US$ 200 miliar atau setara dengan Rp 2.820 triliun (asumsi kurs Rp 14.100/US$).

Nilai tersebut didapat dari hasil penggabungan kapitalisasi pasar PMI dan Altria yang saat ini masing-masing bernilai US$ 115,63 miliar dan US$ 85,65 miliar.

Sebagai perbandingan, kapitalisasi pasar HMSP di Bursa Efek Indonesia (BEI) per 29 Agustus mencapai Rp 333,83 triliun.

Rujuknya Philip Morris & Altria Sudah Diantisipasi PasarFoto: Altria Group

Selain itu, penggabungan ini juga memungkinkan kedua perusahaan berinvestasi untuk mengembangkan produk baru.

Salah satu pihak yang familiar terkait rencana tersebut menyampaikan pada CNBC International bahwa porsi kepemilikan PMI dan Altria pada perusahaan baru diperkirakan masing-masing sekitar 59% dan 41%, dengan dewan pengurus yang berasal dari manajemen kedua perusahaan.

Baik PMI maupun Altria pada dasarnya telah berupaya mencari sumber pemasukan tambahan dengan berinvestasi pada produk alternatif.

PMI diketahui telah mengeluarkan dana US$ 6 miliar untuk mengembangkan iQOS, perangkat pembakar tembakau (rokok) yang menghasilkan kadar asap yang lebih rendah dibandingkan jika membakar secara konvensional.

iQOS sudah diperkenalkan ke lebih dari 48 negara dengan 11 juta pengguna, dan telah mendapat izin dari pemerintah AS sejak April.

Sementara itu, Altria telah menggelontorkan dana sekitar US$ 12,8 miliar untuk membeli 35% kepemilikan Juul yang merupakan perusahaan rokok elektrik terbesar di AS.

Perusahaan juga telah berinvestasi senilai US$ 1,8 miliar untuk mengambilalih kepemilikan 45% saham perusahaan produsen rokok asal Kanada, Cronos, yang juga berfokus pada pengembangan produk rokok elektrik.


(dwa/tas) Next Article Wow! Induk HM Sampoerna Bakal Diakuisisi Raja Rokok Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular