
Ada Apa, Rupiah? Kok Beberapa Hari Ini Galau?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 August 2019 10:57

Kedua, perkembangan proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) memasuki babak baru. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sedang berupaya untuk membekukan parlemen agar proses Brexit menjadi lebih mulus.
Bukan apa-apa, pada masa pemerintahan Theresa May memang parlemen kerap menjadi batu sandungan. Tiga kali proposal Brexit yang diajukan pemerintah kandas di Palace of Westminster.
Jadi, mungkin Johson berpikir akan lebih mudah mengurus Brexit jika parlemen tidak cawe-cawe. Muncullah ide untuk membekukan parlemen.
Namun langkah kontroversial ini tentu mendapat tentangan. Jeremy Corbyn, Pimpinan Partai Buruh, menuding Johnson sedang membahayakan proses demokrasi di Negeri John Bull.
"Saya terkejut dengan pemerintahan Johnson yang begitu ceroboh. Bicara soal pembekuan parlemen untuk menghindari pengawasan parlemen untuk sebuah rencana No Deal Brexit (Inggris tidak mendapat apa-apa dari perceraian dengan Uni Eropa). Ini adalah ancaman bagi demokrasi," tegasnya, seperti diwartakan Reuters.
Bahkan anggota parlemen lain melontarkan komentar yang lebih keras. Johnson disebut sedang melakukan upaya kudeta. "Jangan salah, ini adalah kudeta yang sangat Inggris," ujar John McDonnell, Anggota Parlemen dari Partai Buruh, dikutip dari Reuters.
Gaduh politik di Inggris dan meningkatnya risiko No Deal Brexit membuat investor belum nyaman untuk bermain terbuka. Ditambah masih adanya ancaman resesi, bermain aman tentu menjadi pilihan utama. Pantas saja aset berisiko seperti rupiah cenderung dijauhi.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Bukan apa-apa, pada masa pemerintahan Theresa May memang parlemen kerap menjadi batu sandungan. Tiga kali proposal Brexit yang diajukan pemerintah kandas di Palace of Westminster.
![]() |
Jadi, mungkin Johson berpikir akan lebih mudah mengurus Brexit jika parlemen tidak cawe-cawe. Muncullah ide untuk membekukan parlemen.
Namun langkah kontroversial ini tentu mendapat tentangan. Jeremy Corbyn, Pimpinan Partai Buruh, menuding Johnson sedang membahayakan proses demokrasi di Negeri John Bull.
"Saya terkejut dengan pemerintahan Johnson yang begitu ceroboh. Bicara soal pembekuan parlemen untuk menghindari pengawasan parlemen untuk sebuah rencana No Deal Brexit (Inggris tidak mendapat apa-apa dari perceraian dengan Uni Eropa). Ini adalah ancaman bagi demokrasi," tegasnya, seperti diwartakan Reuters.
Bahkan anggota parlemen lain melontarkan komentar yang lebih keras. Johnson disebut sedang melakukan upaya kudeta. "Jangan salah, ini adalah kudeta yang sangat Inggris," ujar John McDonnell, Anggota Parlemen dari Partai Buruh, dikutip dari Reuters.
Gaduh politik di Inggris dan meningkatnya risiko No Deal Brexit membuat investor belum nyaman untuk bermain terbuka. Ditambah masih adanya ancaman resesi, bermain aman tentu menjadi pilihan utama. Pantas saja aset berisiko seperti rupiah cenderung dijauhi.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular