Aksi Emiten: Mandiri Rombak Komisaris, Induk HMSP Diakuisisi

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
29 August 2019 07:29
Aksi Emiten: Mandiri Rombak Komisaris, Induk HMSP Diakuisisi
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham domestik pada perdagangan Rabu kemarin (28/8/2019) ditutup menguat 0,06% ke posisi 6.281,65.

IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang justru ditransaksikan di zona merah: indeks Shanghai turun 0,29%, indeks Hang Seng melemah 0,19%, dan indeks Straits Times jatuh 0,36%.
Sikap China yang mulai berang dengan klaim sepihak dari Presiden AS Donald Trump sukses memantik aksi beli di bursa saham di Asia.


Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan hari ini, Kamis (29/8/2019).

1.Mandiri Bakal Restrukturisasi Utang KRAS Senilai Rp 8 T

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan sindikasi perbankan yang menjadi kreditor PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) akan melakukan restrukturisasi utang yang total nilainya mencapai US$ 2 miliar dolar atau setara Rp 28,50 triliun. Dimana nilai kredit yang disalurkan Bank Mandiri mencapai Rp 8 triliun.

Direktur Corporate Banking Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan seluruh utang tersebut akan dibagi dalam 3 kelompok dengan tenor pembayaran berbeda-beda. Antara lain Tranche A dengan tenor delapan tahun, Tranche B bertenor tiga tahun dan Tranche C yang lebih fleksibel yang sifatnya bisa diperpanjang ke depannya.

"Diperpanjang tapi masih Tranche A itu 8-10 tahun, yang ini tiga tahun yang Tranche B-nya, jual aset. Yang Tranche C nanti agak panjang, ada unsur convertible bond. Belum (dalam proses perjanjian kredit ini). Itu masih perjanjian lagi, kalau diperbaharui," kata Royke di Menara Mandiri, Jakarta, Rabu.

2.Tenggat Masih Lama, Bank Permata Kaji Spin-off Unit Syariah

PT Bank Permata Tbk (BNLI) menyatakan hingga saat ini masih mengkaji rencana melepas unit usaha syariah (UUS) milik perseroan (spin-off). Bank Permata masih melakukan evaluasi menyeluruh dan berkomunikasi lebih lanjut dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Direktur Keuangan Bank Permata, Lea Setianti Kusumawijaya mengutarakan pihaknya siap memenuhi ketentuan regulator mengenai tenggat Unit Usaha Syariah Bank Permata menjadi Bank Umum Syariah (BUS) paling lambat pada 2023 mendatang.

Data OJK mencatat, sebanyak 20 UUS diwajibkan melepaskan diri dari induk usahanya, selaras dengan amanat UU Nomor 21 tahun 2018 tentang Perbankan Syariah. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan pangsa pasar perbankan syariah nasional.

"Saat ini sedang melakukan evaluasi menyeluruh apabila regulator menghendaki mengubah UUS jadi Bank Umum Syariah," ungkap Lea Setianti.

BERSAMBUNG KE HAL 2

[Gambas:Video CNBC]

3.Patuhi Jokowi, Menteri Rini Hanya Rombak Komisaris Mandiri

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) akhirnya memutuskan merombak jajaran komisaris dalam Rapat Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang berlangsung hari ini, Rabu.

Ada satu komisaris yang diganti berdasarkan keputusan tersebut yang yaitu Askolani. Pria yang masih menjabat sebagai Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan ini digantikan oleh Ronald Silaban yang saat ini menjabat Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kementerian Keuangan.
Dengan adanya perubahan pengurus, maka susunan dewan komisaris Bank Mandiri yaitu:

• Komisaris Utama/Komisaris Independen : Hartadi A Sarwono
• Wakil Komisaris Utama : Imam Aprianto Putro
• Komisaris : Ronald Silaban
• Komisaris Independen : Bangun S Kusmulyono
• Komisaris Independen : Goei Siauw Hong
• Komisaris : Ardan Adiperdana
• Komisaris Independen : Makmur Keliat
• Komisaris : R Widyo Pramono

4.Jadi Pindah, Ini Sederet Proyek WIKA di Ibu Kota RI yang Baru

Emiten konstruksi pelat merah PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menyatakan kesiapannya mendukung rencana pemerintah memindahkan ibu kota ke Kalimantan Timur. WIKA akan ikut andil membangun sejumlah proyek infrastuktur dasar seperti jalan, jaringan listrik dan infrastuktur minyak bumi dan gas (migas).

Tumiyana, Direktur Utama Wijaya Karya menyatakan, mengingat masih terbatasnya alokasi anggaran pemindahan ibu kota, yakni hanya 19% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dibutuhkan sekitar Rp 466 triliun, nantinya Wijaya Karya akan menggandeng pihak swasta untuk menggarap proyek di Kalimantan Timur.

"Wika sudah mempersiapkan secara dini pemindahan ibu kota, baik dari bidang konstruksi maupun finansial," ungkap Tumiyana, dalam acara paparan publik di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu.

5.BUMI Kaji Masuk Bisnis Hilir Batu Bara

PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) berencana untuk masuk ke industri hilirisasi batu bara yakni gasifikasi dengan tujuan untuk meningkatkan nilai jual dari produk baru bara. Langkah ini dianggap sebagai upaya perusahaan untuk mendiversifikasi bisnis perusahaan.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava mengatakan perusahaan melihat adanya potensi pertumbuhan jika perusahaan masuk ke industri hilirisasi ini. Meski demikian, perusahaan tetap masih memprioritaskan penyelesaian restrukturisasi utang-utang perusahaan.

"Kami melihat kemungkinan untuk gasifikasi, BUMI juga ada FS (feasibility study) untuk growth beyond coal tapi kami masih fokus ke restructuring," kata Dileep di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta.

6.Induk HM Sampoerna Bakal Diakuisisi Raja Rokok Dunia

Philip Morris International Inc, induk dari PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mengonfirmasi rencana perusahaan yang tengah menjajaki pembicaraan dengan Altria Group Inc untuk melakukan merger setara atau merger of equals menjadi satu perusahaan.

Dalam keterangan resminya, Philip Morris menegaskan diskusi atas rencana tersebut dengan Altria Group yang tercatat di New York Stock Exchange (NYSE) dengan kode saham MO masih terus berlangsung.

Altria, dalam situsnya, mengklaim sebagai perusahaan rokok terbesar di dunia. Situs resmi Altria juga mengungkapkan perusahaan ini adalah induk dari Philip Morris USA, U.S. Smokeless Tobacco Company, John Middleton, Nat Sherman, Ste. Michelle Wine Estates, dan Philip Morris Capital Corporation.

"Tidak ada jaminan bahwa perjanjian atau transaksi apa pun akan dihasilkan dari pembicaraan [dengan Altria] ini. Selain itu, tidak ada jaminan bahwa jika kesepakatan tercapai, bahwa transaksi akan [segera] selesai," tulis manajemen Philip Morris dalam keterangan yang diterima CNBC Indonesia.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular