
Siap Bangun Ibu Kota Baru, Tapi Kas WIKA Tak Memadai
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
28 August 2019 15:42

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menyampaikan siap untuk mendukung rencana pemindahan ibu kota baru ke Kalimantan Timur (Kaltim) mengingat alokasi belanja modal perusahaan terus bertambah setiap tahunnya. Bahkan tahun ini saja sudah mencapai Rp 20 triliun.
Selain itu, sejatinya perusahaan juga sebelumnya sudah banyak memegang proyek infrastruktur di Kaltim, di antaranya pembangkit listrik tenaga gas di Kutai dan jalan tol Balikpapan-Samarinda yang direncanakan dapat mulai beroperasi pada Oktober 2019 mendatang.
Perusahaan juga meyakini memiliki kapasitas yang sangat baik dari segi industri, baik baja, beton, maupun aspal untuk menyokong bisnis konstruksi dan infrastruktur.
Meskipun demikian, pelaku pasar patut mencermati bahwa hingga pekan ke-3 Agustus jumlah kontrak baru yang dicatatkan perusahaan hanya Rp 20,3 triliun atau sekitar 33% dari total target 2019. Untuk diketahui, tahun ini perusahaan menargetkan nilai kontrak baru mencapai Rp 61,74 triliun.
Terlebih lagi, posisi kas perusahaan juga patut mendapatkan perhatian lebih karena mengindikasikan penurunan pemasukan dari aktifitas operasi.
Melansir laporan arus kas perusahaan hingga akhir Juni 2019, posisi arus kas dari aktifitas operasi mencatatkan kerugian yang jauh lebih besar dibandingkan tahun lalu.
Pada semester I-2018 arus kas aktifitas operasi tercatat merugi Rp 3,49 triliun, sedangkan di semester I-2019 kerugiannya membengkak menjadi Rp 5,47 triliun.
Rapor merah pada posisi kas operasional suatu perusahaan secara tidak langsung berarti perusahaan gagal memperoleh uang tunai yang cukup untuk dapat melunasi pinjaman dan membayar biaya operasional perusahaan.
Dengan demikian, wajar saja jika total pemasukan WIKA sepanjang paruh pertama tahun mengalami penurunan hingga 12,43% secara tahunan, dari Rp 12,98 triliun di semester I-2018 menjadi Rp 11,36 triliun di semester I-2019.
Menilik laporan yang dikeluarkan Fitch hari ini (28/8/2019), beberapa faktor yang menekan kinerja WIKA termasuk minimnya tender proyek baru dari pemerintah dan swasta, lambatnya pengerjaan konstruksi karena proses peninjauan ulang dan perizinan.
Apabila pada paruh kedua rencana bisnis perusahaan juga masih terhambat dan penyelesaian proyek lewat dari target yang ditentukan, maka kondisi kas perusahaan akan semakin tertekan dikarenakan potensi kas yang seharusnya dapat diterima perusahaan menjadi tertunda.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Fitch Sebut Kinerja WIKA Kurang Memuaskan, Harga Saham Landai
Selain itu, sejatinya perusahaan juga sebelumnya sudah banyak memegang proyek infrastruktur di Kaltim, di antaranya pembangkit listrik tenaga gas di Kutai dan jalan tol Balikpapan-Samarinda yang direncanakan dapat mulai beroperasi pada Oktober 2019 mendatang.
Perusahaan juga meyakini memiliki kapasitas yang sangat baik dari segi industri, baik baja, beton, maupun aspal untuk menyokong bisnis konstruksi dan infrastruktur.
Meskipun demikian, pelaku pasar patut mencermati bahwa hingga pekan ke-3 Agustus jumlah kontrak baru yang dicatatkan perusahaan hanya Rp 20,3 triliun atau sekitar 33% dari total target 2019. Untuk diketahui, tahun ini perusahaan menargetkan nilai kontrak baru mencapai Rp 61,74 triliun.
Melansir laporan arus kas perusahaan hingga akhir Juni 2019, posisi arus kas dari aktifitas operasi mencatatkan kerugian yang jauh lebih besar dibandingkan tahun lalu.
Pada semester I-2018 arus kas aktifitas operasi tercatat merugi Rp 3,49 triliun, sedangkan di semester I-2019 kerugiannya membengkak menjadi Rp 5,47 triliun.
Rapor merah pada posisi kas operasional suatu perusahaan secara tidak langsung berarti perusahaan gagal memperoleh uang tunai yang cukup untuk dapat melunasi pinjaman dan membayar biaya operasional perusahaan.
Dengan demikian, wajar saja jika total pemasukan WIKA sepanjang paruh pertama tahun mengalami penurunan hingga 12,43% secara tahunan, dari Rp 12,98 triliun di semester I-2018 menjadi Rp 11,36 triliun di semester I-2019.
Menilik laporan yang dikeluarkan Fitch hari ini (28/8/2019), beberapa faktor yang menekan kinerja WIKA termasuk minimnya tender proyek baru dari pemerintah dan swasta, lambatnya pengerjaan konstruksi karena proses peninjauan ulang dan perizinan.
Apabila pada paruh kedua rencana bisnis perusahaan juga masih terhambat dan penyelesaian proyek lewat dari target yang ditentukan, maka kondisi kas perusahaan akan semakin tertekan dikarenakan potensi kas yang seharusnya dapat diterima perusahaan menjadi tertunda.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Fitch Sebut Kinerja WIKA Kurang Memuaskan, Harga Saham Landai
Most Popular