Rupiah Galau Jelang 1 September, Memangnya Ada Apa?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 August 2019 10:51
Rupiah Galau Jelang 1 September, Memangnya Ada Apa?
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Di perdagangan pasar spot, rupiah bernasib serupa. 

Pada Rabu (28/8/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.263. Rupiah melemah 0,2% dibandingkan hari sebelumnya. 

Sementara di pasar spot, rupiah yang dibuka stagnan langsung terpeleset ke zona merah. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.265 di mana rupiah melemah 0,11%. 

Seperti rupiah, sebagian besar mata uang utama Asia pun kesulitan meladeni greenback. Hanya dolar yuan China, Hong Kong, dolar Singapura, dan dolar Taiwan yang masih bisa menguat, itu pun tipis-tipis saja. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:07 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Investor dipaksa bermain aman hari ini. Setidaknya ada dua sentimen besar yang membuat pelaku pasar belum berani memainkan total football. 

Pertama adalah risiko resesi yang masih membayangi. Tanda-tanda resesi kembali muncul, yaitu inversi imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor dua dan 10 tahun. Inversi berarti yield jangka pendek lebh tinggi ketimbang yang jangka panjang, menandakan investor meminta jaminan lebih karena menilai ada risiko dalam waktu dekat. 

Pada pukul 10:12 WIB, yield obligasi pemerintah AS tenor dua tahun berada di 1,52%. Sedangkan yang 10 tahun lebih rendah yaitu 1,4811%. 

 

Dua tenor ini dipantau benar oleh investor. Bukan apa-apa, lima kali resesi di AS diawali dengan inversi yield di dua tenor tersebut. 


Oleh karena itu, kekhawatiran soal ancaman resesi belum pergi. Ini yang membuat pelaku pasar belum berani bermain terbuka. 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)


Sentimen kedua, pelaku pasar menantikan tanggal 1 September. Memangnya 1 September ada apa sih

Tanggal itu sangat penting, karena menjadi bisa menjadi momentum dimulainya perang dagang AS-China jilid kesekian. Presiden AS Donald Trump akhir pekan lalu mengungkapkan bahwa pada 1 September sebagian impor produk-produk China senilai US$ 300 miliar akan terkena bea masuk 15%. 

"Mulai 1 Oktober, impor produk China senilai US$ 250 miliar yang saat ini dikenai tarif 25% akan naik menjadi 30%. Sebagai tambahan, impor baru senilai US$ 300 miliar yang awalnya dikenakan tarif 10% dinaikkan menjadi 15% berlaku 1 September. Terima kasih atas perhatiannya!" demikian cuit Trump di Twitter. 

China pun tidak terima dan melakukan serangan balasan. Beijing mengumumkan akan menaikkan bea masuk bagi produk-produk made in the USA senilai US$ 75 miliar dari 5% menjadi 10%. Produk-produk tersebut antara lain kedelai, minyak mentah, dan pesawat.

"Keputusan China untuk menaikkan tarif bea masuk didorong oleh sikap AS yang uniteralis dan proteksionis," tegas pernyataan tertulis Kementerian Perdagangan China.


Memasuki pekan ini, hubungan keduanya agak membaik. Wakil Perdana Menteri China Liu He menyatakan siap kembali ke meja perundingan dan menyelesaikan perang dagang secara baik-baik. 

"Kami siap untuk menyelesaikan masalah melalui konsultasi dan kerja sama dengan sikap yang tenang, berkebalikan dengan meningkatkan eskalasi perang dagang. Kami meyakini bahwa eskalasi perang dagang tidak menguntungkan bagi China, AS, dan seluruh dunia," kata Liu, dikutip dari Reuters.  

Trump pun menyambut baik niat China. Sang presiden ke-46 Negeri Adidaya menyatakan perundingan dagang akan segera dimulai. 

"Kami akan memulai kembali proses negosiasi secepatnya. Saya rasa kami akan mencapai kesepakatan. China tidak ingin kehilangan rantai pasok mereka. AS akan mulai bicara serius dengan China," katanya, seperti diwartakan Reuters. 

Meski saat ini situasi agak tenang, tetapi belum ada yang bicara soal 1 September. Jadi nanti 1 September pengenaan bea masuk baru (baik di AS atau China) masih akan berlaku? Atau mungkin karena keduanya mulai harmonis akan ditunda? 

Kalau ternyata bea masuk baru tersebut tetap berlaku, maka perang dagang AS-China akan semakin panas. Asa damai dagang semakin jauh dari jangkauan dan bisa membuat pertumbuhan ekonomi global melambat, bahkan masuk ke resesi. 

Namun kalau ternyata ditunda, apalagi dibatalkan, maka dunia pasti akan semringah. Harapan damai dagang kembali bersemi, pertumbuhan ekonomi global bisa terakselerasi. 

Nah, ketidakjelasan seputar 1 September ini yang membuat investor belum berani terlalu agresif. Lebih baik main aman dulu sembari menantikan kabar terbaru dari Washington atau Beijing.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular