Penyebabnya adalah Lelang

Tekanan Global Mereda, Pasar Surat Utang Masih Koreksi

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
27 August 2019 13:04
Harga obligasi rupiah pemerintah turun tipis menjelang lelang rutin yang akan digelar siang ini.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah turun tipis menjelang lelang rutin yang akan digelar siang ini. Koreksi harga dan kenaikan tingkat imbal hasil (yield) tersebut masih terjadi meskipun ketegangan perang dagang Amerika Serikat (AS)-China sudah mereda semalam. 

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang lain. Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan yield.  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.  

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 3,8 basis poin (bps) menjadi 7,81%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Pemerintah akan menggelar lelang rutin SUN rupiah konvensional siang ini dengan target indikatif Rp 15 triliun-Rp 30 triliun. Meskipun pasar terkoreksi dan mengangkat yield siang ini, tetapi kenaikannya tidak sebesar pada lelang SUN rupiah konvensional sebelumnya pada 13 Agustus yang mencapai 11 bps, sehingga lelang hari ini dapat lebih baik dibanding lelang serupa yang terakhir.  

Dalam lelang serupa terakhir, pelaku pasar menyampaikan permintaan Rp 26,5 triliun dan diserap pemerintah Rp 15 triliun, batas bawah dari rentang target indikatif.

Lumrahnya, pasar SUN akan terkoreksi menjelang lelang karena pelaku pasar menginginkan yield tinggi yang berarti harga yang lebih terdiskon pada saat lelang. Dengan koreksi pasar, maka posisi tawar pemerintah dalam penentuan yield lelang akan menipis.

Yield Obligasi Negara Acuan 27 Aug'19
SeriJatuh tempoYield 26 Aug'19 (%)Yield 27 Aug'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 26 Aug'19 (%)
FR00775 tahun6.7426.739-0.306.6688
FR007810 tahun7.2867.268-1.807.2357
FR006815 tahun7.6747.691.607.6515
FR007920 tahun7.7767.8143.807.7955
Avg movement0.83
Sumber: Refinitiv 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.008 triliun SBN, atau 38,46% dari total beredar Rp 2.621 triliun berdasarkan data per 22 Agustus.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 113,59 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak awal bulan lalu, investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 4,85 triliun. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, pelemahan terjadi secara luas dan lebih sedikit terjadi penguatan yaitu di China, India, Thailand, dan Afsel.  

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 26 Aug'19 (%)Yield 27 Aug'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil7.3857.3850.00
China3.0813.078-0.30
Jerman-0.67-0.661.00
Prancis-0.373-0.378-0.50
Inggris 0.5580.5782.00
India6.4726.415-5.70
Jepang-0.279-0.2532.60
Malaysia3.3223.3371.50
Filipina4.4634.4751.20
Rusia7.177.214.00
Singapura1.6971.722.30
Thailand1.491.46-3.00
Amerika Serikat1.5441.522-2.20
Afrika Selatan8.2758.265-1.00
Sumber: Refinitiv   

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular