
Gawat, Ketatnya Likuiditas Batasi Ruang Gerak Perbankan
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 August 2019 15:15

Kini, BI sudah memberikan bala bantuan baru bagi perbankan dalam menghadapi ketatnya permasalahan likudiitas, yakni dengan kembali memangkas tingkat suku bunga acuan.
Pasca menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) selama dua hari yang dimulai pada hari Rabu (21/8/2019) dan berakhir hari Kamis (22/8/2019), BI memutuskan untuk memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps, menandai pemangkasan tingkat suku bunga acuan selama dua bulan beruntun.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Agustus 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,5%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis (22/8/2019).
Keputusan ini merupakan kejutan lantaran konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memperkirakan BI akan menahan tingkat suku bunga acuan di level 5,75%, walaupun keputusan ini sejatinya sesuai dengan proyeksi dari Tim Riset CNBC Indonesia bahwa BI akan memangkas tingkat suku bunga acuan, minimal 25 bps. Dari 13 ekonom yang kami survei, hanya terdapat empat yang memperkirakan akan ada pemangkasan, yakni sebesar 25 basis poin (bps).
Dengan pemangkasan tingkat suku bunga acuan lebih lanjut, ada peluang bahwa yield obligasi pemerintah akan bergerak ke bawah. Penurunan yield lantas akan menempatkan deposito perbankan di posisi yang cenderung lebih menarik, sehingga aliran dana yang sempat masuk ke pasar obligasi bisa ditarik masuk ke sistem perbankan.
Namun, agaknya sulit mengharapkan hal ini terjadi. Pasalnya, dalam beberapa waktu terakhir, bahkan pasca BI memangkas tingkat suku bunga acuan pada hari Kamis, yield obligasi pemerintah Indonesia malah bergerak ke utara. Penyebabnya, eskalasi perang dagang AS-China.
Saat ini, banyak kalangan berpendapat bahwa perang dagang AS-China masih akan berlarut-larut hingga tahun depan. Implikasinya, yield obligasi Indonesia bisa terus bergerak ke atas dan membuat perbankan terus berebutan dana dengan pemerintah.
Jika benar ini yang terjadi, permasalahan ketatnya likuiditas yang kini sedang dihadapi perbankan akan sulit untuk diselesaikan dan profitabilitas mereka pun menjadi taruhannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank)
Pasca menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) selama dua hari yang dimulai pada hari Rabu (21/8/2019) dan berakhir hari Kamis (22/8/2019), BI memutuskan untuk memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps, menandai pemangkasan tingkat suku bunga acuan selama dua bulan beruntun.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Agustus 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,5%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis (22/8/2019).
Keputusan ini merupakan kejutan lantaran konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memperkirakan BI akan menahan tingkat suku bunga acuan di level 5,75%, walaupun keputusan ini sejatinya sesuai dengan proyeksi dari Tim Riset CNBC Indonesia bahwa BI akan memangkas tingkat suku bunga acuan, minimal 25 bps. Dari 13 ekonom yang kami survei, hanya terdapat empat yang memperkirakan akan ada pemangkasan, yakni sebesar 25 basis poin (bps).
Dengan pemangkasan tingkat suku bunga acuan lebih lanjut, ada peluang bahwa yield obligasi pemerintah akan bergerak ke bawah. Penurunan yield lantas akan menempatkan deposito perbankan di posisi yang cenderung lebih menarik, sehingga aliran dana yang sempat masuk ke pasar obligasi bisa ditarik masuk ke sistem perbankan.
Namun, agaknya sulit mengharapkan hal ini terjadi. Pasalnya, dalam beberapa waktu terakhir, bahkan pasca BI memangkas tingkat suku bunga acuan pada hari Kamis, yield obligasi pemerintah Indonesia malah bergerak ke utara. Penyebabnya, eskalasi perang dagang AS-China.
Saat ini, banyak kalangan berpendapat bahwa perang dagang AS-China masih akan berlarut-larut hingga tahun depan. Implikasinya, yield obligasi Indonesia bisa terus bergerak ke atas dan membuat perbankan terus berebutan dana dengan pemerintah.
Jika benar ini yang terjadi, permasalahan ketatnya likuiditas yang kini sedang dihadapi perbankan akan sulit untuk diselesaikan dan profitabilitas mereka pun menjadi taruhannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular