Bos The Fed Akan Berpidato, Kabar Buruk Bagi Euro?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 August 2019 20:19
Tekanan bagi euro semakin kuat jelang pidato pimpinan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pukul 21:00 WIB malam ini.
Foto: euro (REUTERS/Heinz-Peter Bader)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang euro melanjutkan pelemahan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (23/8/19) melanjutkan penurunan dua hari sebelumnya. Mata uang 19 negara ini belum mampu lepas dari spekulasi pelonggaran moneter oleh European Central Bank (ECB).

Pada pukul 20:09 WIB, euro diperdagangkan di kisaran US$ 1,1068 atau melemah 0,11% di pasar spot, berdasarkan data Refinitiv.

Risalah rapat kebijakan moneter ECB bulan Juli yang dirilis Kamis kemarin menunjukkan para anggota dewan mulai cemas akan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari prediksi dan gelontoran paket stimulus moneter dianggap jalan terbaik untuk meredam pelambatan.


Paket yang dimaksud bisa berupa pemangkasan suku bunga, pembelian aset atau quantitative easing, serta perubahan panduan suku bunga. Rilis risalah tersebut semakin jelas menunjukkan ECB akan menggelontorkan stimulus pada bulan September, yang masih menjadi pertanyaan seberapa besar stimulus yang akan diberikan.



Tekanan bagi euro semakin kuat jelang pidato pimpinan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pukul 21:00 WIB malam ini. Kamis kemarin, risalah rapat kebijakan moneter The Fed juga dirilis, dan isinya menunjukkan sikap komite pembuat kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC) terbelah.

Saat itu The Fed memutuskan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps), tetapi ada dua anggota FOMC yang menginginkan suku bunga dipangkas 50 bps, dan ada dua anggota juga yang berpendapat The Fed tidak perlu memangkas suku bunga.

"Dia (Powell) sedikit kesulitan. Komite-nya terbelah. Dia mendapat banyak tekanan dari presiden, dan yang paling penting data ekonomi AS cukup bagus dan itu tidak memberinya alasan untuk memberikan pelonggaran moneter yang besar," kata Mark Cabana, kepala strategi suku bunga AS di Bank of America Merril Lynch, sebagaimana diwartakan CNBC International.


Senada dengan Cabana, kepala ahli strategi ACLS Global, Marshall Gittler memprediksi Powell kali ini juga tidak akan terlalu dovish, sehingga dolar berpotensi menguat

"Saya memperkirakan dia (Powell) akan menekankan perekonomian AS cukup kuat yang...hanya satu atau dua pemangkasan, diambil sebagai 'jaminan', untuk mempertahankan laju pemulihan ekonomi," kata Gittler sebagaimana dilansir Reuters. "Itu tentunya akan lebih hawkish dari apa yang diprediksi pasar dan akan menjadi positif untuk dolar," tegas Gittler.

Jika benar bos The Fed nanti tidak memberikan sinyal akan memangkas suku bunga secara agresif, tentunya hal itu akan menjadi kabar buruk bagi euro dan berpotensi melanjutkan penurunan hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Jadi Korban Keganasan Dolar AS, Euro Anjlok 2% Lebih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular