Menunggu Godot, Eh Powell, Rupiah Tak Berdaya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 August 2019 10:24
Menunggu Godot, Eh Powell, Rupiah Tak Berdaya
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun kesulitan meladeni dolar AS di perdagangan pasar spot. 

Pada Jumat (23/8/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.249. Rupiah melemah 0,11% dibandingkan posisi hari sebelumnya. 

Sementara di pasar spot, rupiah juga terjebak di zona merah. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.245 di mana rupiah melemah 0,11%. 

Seiring perjalanan, rupiah terisap semakin dalam. Pada pukul 10:08 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.250 di mana rupiah melemah 0,14%. 

Kala pembukaan pasar, rupiah masih stagnan di Rp 14.230/US$. Namun kemudian rupiah goyah dan tergelincir ke zona merah. 

Rupiah tidak sendirian. Mayoritas mata uang utama Asia juga melemah di hadapan dolar AS, hanya menyisakan dolar Hong Kong yang masih menguat. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:10 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Tidak cuma pasar valas, bursa saham Asia pun didominasi warna merah. Pada pukul 10:12 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,06%, KLCI Malaysia turun 0,19%, PSEI Filipina amblas 1,17%, Straits Times minus 0,29%, dan TW Weighted Index Taiwan berkurang 0,09%. 

Tema pasar keuangan hari ini adalah penantian. Investor  memfokuskan pandangan ke simposium tahunan yang diadakan Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) di Jackson Hole pada 22-24 Agustus. Ketua The Fed Jerome 'Jay' Powell dijadwalkan akan memberi  pidato pada malam ini waktu Indonesia.


Pelaku pasar ingin memastikan dan mencari petunjuk yang lebih terang-benderang mengenai arah kebijakan moneter The Fed ke depan. Kemarin, The Fed merilis notula rapat (minutes of meeting) edisi Juli yang mengungkap bahwa sebagian pejabat bank sentral ingin menempuh pelonggaran moneter yang agresif. Namun hasilnya, The Fed 'hanya' menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps). 

"Beberapa peserta rapat ingin menurunkan suku bunga acuan lebih dalam yaitu 50 bps untuk mempercepat laju inflasi menuju target 2%. Namun peserta lainnya memilih untuk menurunkan suku bunga acuan 25 bps," demikian tulis notula rapat itu. 

Dengan suara para pejabat yang terpecah, menarik untuk menerka bagaimana arah suku bunga kebijakan. Pelaku pasar masih meyakini bahwa The Fed akan kembali menurunkan suku bunga bulan depan. Berdasarkan CME Fedwatch, probabilitas penurunan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 1,75-2% mencapai 93,5%.  

Agar semakin yakin, investor butuh 'arahan' dari Powell. Oleh karena itu, tidak heran pelaku pasar memilih wait and see sebelum menentukan langkah selanjutnya. Ini yang membuat arus modal masih enggan masuk dengan deras ke pasar keuangan Asia, yang membuat mata uang terdepresiasi.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular