
Selow Mister Trump, The Fed Sepertinya Dengar Suara Anda Kok
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 August 2019 06:19

Akan tetapi, Trump tidak sepenuhnya salah. Ada benarnya suami Melania itu meminta The Fed lebih agresif, lebih menanggalkan peran sebagai penjaga stabilitas.
Sebab, kondisi saat ini sudah berbeda. Tanda-tanda perlambatan ekonomi di AS sangat terasa. Pada kuartal I-2019, ekonomi AS masih tumbuh 3,1%. Namun pada kuartal II-2019 melambat lumayan signifikan menjadi 2,1% dan pada kuartal III-2019 The Fed memperkirakan sedikit membaik menjadi 2,2%. Lupakan pencapaian 4% seperti tahun lalu.
Laju inflasi pun ikut melambat. PCE inti kini kian menjauh dari target 2%.
Penciptaan lapangan kerja pun terancam. Tendensi ke arah sana sudah ada, karena produksi industri AS terus turun.
Pada Juli, produksi industri AS hanya tumbuh 0,48% year-on-year (YoY). Ini adalah laju terlemah sejak Februari 2017.
Baca: Resesi Hantui Amerika di 2020
Saat laju inflasi melambat dan penciptaan lapangan kerja berpotensi turun, maka The Fed memang tidak boleh diam. The Fed harus menciptakan kondisi yang mendukung bagi kestabilan harga dan pasar tenaga kerja. Caranya adalah melonggarkan kebijakan moneter.
Setelah Federal Funds Rate turun bulan lalu, pasar meyakini itu bukan yang pertama. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas penurunan suku bunga acuan 25 bps ke 1,75-2% mencapai 98,1%.
Kemudian Federal Funds Rate diperkirakan turun lagi 25 bps menjadi 1,5-1,75% pada Oktober, dengan peluang mencapai 69,2%. Kemudian pada Desember, ini yang agak tricky, peluang untuk suku bunga acuan tetap di 1,5-1,75% adalah 44,7%, tetapi peluang untuk kembali turun ke 1,25-1,5% juga lumayan tinggi yaitu 43,3%.
Jadi jangan khawatir, Mister Trump. The Fed kemungkinan mendengar suara Anda dan akan kembali menurunkan suku bunga acuan setidaknya dua kali lagi kok.
Kalau benar The Fed menurunkan suku bunga acuan minimal tiga kali tahun ini, maka akan menjadi semacam win-win solution. Trump akan senang (walau mungkin tidak sepenuhnya puas) dan The Fed tetap menjalankan mandatnya untuk menjaga inflasi serta meningkatkan penciptaan lapangan kerja. Semua senang lah, happy ending...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/sef)
Sebab, kondisi saat ini sudah berbeda. Tanda-tanda perlambatan ekonomi di AS sangat terasa. Pada kuartal I-2019, ekonomi AS masih tumbuh 3,1%. Namun pada kuartal II-2019 melambat lumayan signifikan menjadi 2,1% dan pada kuartal III-2019 The Fed memperkirakan sedikit membaik menjadi 2,2%. Lupakan pencapaian 4% seperti tahun lalu.
Laju inflasi pun ikut melambat. PCE inti kini kian menjauh dari target 2%.
Penciptaan lapangan kerja pun terancam. Tendensi ke arah sana sudah ada, karena produksi industri AS terus turun.
Pada Juli, produksi industri AS hanya tumbuh 0,48% year-on-year (YoY). Ini adalah laju terlemah sejak Februari 2017.
Baca: Resesi Hantui Amerika di 2020
Saat laju inflasi melambat dan penciptaan lapangan kerja berpotensi turun, maka The Fed memang tidak boleh diam. The Fed harus menciptakan kondisi yang mendukung bagi kestabilan harga dan pasar tenaga kerja. Caranya adalah melonggarkan kebijakan moneter.
Setelah Federal Funds Rate turun bulan lalu, pasar meyakini itu bukan yang pertama. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas penurunan suku bunga acuan 25 bps ke 1,75-2% mencapai 98,1%.
Kemudian Federal Funds Rate diperkirakan turun lagi 25 bps menjadi 1,5-1,75% pada Oktober, dengan peluang mencapai 69,2%. Kemudian pada Desember, ini yang agak tricky, peluang untuk suku bunga acuan tetap di 1,5-1,75% adalah 44,7%, tetapi peluang untuk kembali turun ke 1,25-1,5% juga lumayan tinggi yaitu 43,3%.
Jadi jangan khawatir, Mister Trump. The Fed kemungkinan mendengar suara Anda dan akan kembali menurunkan suku bunga acuan setidaknya dua kali lagi kok.
Kalau benar The Fed menurunkan suku bunga acuan minimal tiga kali tahun ini, maka akan menjadi semacam win-win solution. Trump akan senang (walau mungkin tidak sepenuhnya puas) dan The Fed tetap menjalankan mandatnya untuk menjaga inflasi serta meningkatkan penciptaan lapangan kerja. Semua senang lah, happy ending...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/sef)
Pages
Most Popular