Harga Obligasi RI Menguat Ketika Pasar Saham Turun

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
21 August 2019 18:31
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat tipis pada perdagangan hari ini, di tengah penantian pelaku pasar terhadap penentuan suku bunga acuan Bank Indonesia besok. 

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain, baik negara berkembang maupun negara maju.  

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya.

Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.

Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
 

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 3,5 basis poin (bps) menjadi 7,31%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Besok, Bank Indonesia akan mengumumkan kebijakan moneternya dan sebagian pelaku pasar yang disurvei Tim Riset CNBC Indonesia menunjukkan mayoritas memprediksi suku bunga akan kembali ditetapkan pada 5,75%.  

Dari 12 pelaku pasar yang disurvei, delapan memprediksi suku bunga akan tetap dan empat lainnya memprediksi suku bunga akan dipangkas 25 bps. 

Yield Obligasi Negara Acuan 21 Aug'19 
SeriJatuh tempoYield 20 Aug'19 (%)Yield 21 Aug'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 20 Aug'19 (%)
FR00775 tahun6.7636.734-2.906.6597
FR007810 tahun7.3497.314-3.507.2436
FR006815 tahun7.737.729-0.107.6613
FR007920 tahun7.8377.81-2.707.7787
Avg movement-2.30
 Sumber: Refinitiv  

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.

Indeks tersebut naik 0,5 poin (0,19%) menjadi 259,5 dari posisi kemarin 259.
 Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 573 bps, menyempit dari posisi kemarin 579 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 2,5 bps hingga 1,58% dari posisi kemarin 1,55%. 

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada beberapa seri, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu. 

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun dan 2 tahun-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. 

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

Yield US Treasury Acuan 21 Aug'19 
SeriBenchmarkYield 20 Aug'19 (%)Yield 21 Aug'19 (%)Selisih (Inversi)Satuan Inversi
UST BILL 20193 Bulan1.9511.9513 bulan-5 tahun49.1
UST 20202 Tahun1.5141.5392 tahun-5 tahun7.9
UST 20213 Tahun1.4491.4763 tahun-5 tahun1.6
UST 20235 Tahun1.4311.463 bulan-10 tahun36.8
UST 202810 Tahun1.5591.5832 tahun-10 tahun-4.4
Sumber: Refinitiv  

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.006,58 triliun SBN, atau 38,51% dari total beredar Rp 2.613 triliun berdasarkan data per awal pekan ini, 20 Agustus.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 113,33 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 1,63 triliun. 

Penguatan di pasar surat utang hari ini juga tidak seperti koreksi yang terjadi di pasar ekuitas di mana Indeks Harga Saham Gabungan turun cukup dalam 0,68% ke 6.252, sedangkan rupiah di pasar valas masih naik 0,14% menjadi Rp 14.235 per dolar AS. 

Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, penguatan hanya terjadi di India, Jepang, Rusia, Thailand, dan Afsel. Hal tersebut mencerminkan investor global sedang menghindari obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen positif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.  

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 20 Aug'19 (%)Yield 21 Aug'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil7.37.311.00
China3.0383.0622.40
Jerman-0.69-0.6741.60
Prancis-0.413-0.3981.50
Inggris 0.4510.471.90
India6.5786.567-1.10
Jepang-0.235-0.237-0.20
Malaysia3.2973.3717.40
Filipina4.4384.4491.10
Rusia7.297.26-3.00
Singapura1.7761.8012.50
Thailand1.551.53-2.00
Amerika Serikat1.5591.5842.50
Afrika Selatan8.4358.305-13.00
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular