Laba PGAS Turun 70%, Ternyata Ini Penyebabnya

Donald Banjarnahor, CNBC Indonesia
20 August 2019 13:48
Laba bersih PGAS turun signifikan 69,87% menjadi US$ 54,04 juta jika dibandingkan setahun lalu yang mencapai US$ 179,39 juta.
Foto: Direktur Utama PGN Gigih Prakoso (CNBC Indonesia/Anastasia Arvirianty)
Jakarta, CNBC Indonesia- PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) baru saja mengumumkan laporan keuangan semester I-2019. Hasilnya, laba bersih perusahaan sub-holding BUMN migas ini turun signifikan 69,87% menjadi US$ 54,04 juta jika dibandingkan semester I-2018 yang mencapai US$ 179,39 juta.

Namun, ternyata penurunan kinerja keuangan bukan hanya disebabkan kinerja bisnis, melainkan penyajian kembali alias restatement laporan keuangan semester I-2018, pascamengakuisisi PT Pertagas akhir tahun lalu dari PT Pertamina (Persero) dalam rangka holding BUMN migas.

Setelah restatement, laba bruto PGAS pada semester I-2018 bertambah US$ 652,94 juta, padahal sebelumnya laba bruto tercatat US$ 464,14 juta.


Adapun laba tahun berjalan semester I-2018 setelah restatement mencapai US$ 211,93 juta dan sebelum restatement US$ 146,32 juta.

PGAS memiliki kas dan setara kas pada akhir periode sebesar US$ 1,48 miliar dibandingkan sebelum restatement US$ 1,37 miliar.

Berdasarkan catatan di laporan keuangan  transaksi akuisisi ini dibukukan dengan menggunakan metode penyatuan kepemilikan sesuai dengan PSAK Nomor 38 "Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali" karena PGN dan Pertagas merupakan entitas sepengendali di bawah Pertamina.

Setelah restatement dilakukan, laba bersih PGN pada semester I-2019 turun 69,87% menjadi US$ 54,04 juta dibandingkan dengan setahun sebelumnya yang mencapai US$ 179,39 juta.

Penurunan laba bersih itu terjadi di tengah penurunan pendapatan perusahaan sebesar 6,77% menjadi US$ 1,79 miliar dari sebelumnya US$ 1,92 miliar.

Pendapatan PGAS tersebut setara dengan sekitar Rp 25,4 triliun (kurs rata-rata semester I tahun 2019 Rp 14.195/US$). Pendapatan tersebut berasal dari hasil penjualan gas sebesar US$ 1,33 miliar, penjualan minyak dan gas sebesar US$ 196,2 juta, transmisi gas sebesar US$ 163,4 juta dan pendapatan usaha lainnya sebesar US$ 97,19 juta.

Selama semester I-2019, PGN mencatatkan laba operasi sebesar US$ 252,03 juta. Namun, selama periode ini juga, perseroan mencatatkan beban non-cash di antaranya impairment dan selisih kurs, yang mempengaruhi kinerja keuangan di semester 1-2019.

Adapun EBITDA atau laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi sebesar US$ 472,31 juta.


"Di tengah tantangan bisnis domestik dan global yang sangat dinamis, perseroan mampu meningkatkan pangsa pasar gas bumi melalui penambahan jumlah pelanggan dan perluasan infrastruktur sebagai Sub-Holding Gas," kata Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama, dalam siaran pers, Selasa (20/8/2019).

Di sisi lain, saham PGAS di Bursa Efek Indonesia pada sesi I ditutup minus 3,26% di level Rp 1.930/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 46,79 triliun. Nilai transaksi saham ini mencapai Rp 99,96 miliar dengan volume perdagangan 51,66 juta saham.


Simak PGN danai 500.000 jargas.


[Gambas:Video CNBC]


(dob/tas) Next Article Saham PGAS Diobral Asing & Rontok Lebih 6%, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular