
Tertekan di Awal Perdagangan, Riyal Kini Nyaris Stagnan
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 August 2019 18:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang riyal Arab Saudi yang sempat melemah melawan rupiah pada awal perdagangan Senin (19/8/19) kini nyaris stagnan di sore hari. Pergerakan tersebut terlihat mengikuti pergerakan dolar AS melawan rupiah yang melemah di awal sebelum mengakhiri perdagangan dengan stagnan.
Pada pukul 15:20 WIB, riyal diperdagangkan di kisaran Rp 3.794 di pasar spot, melansir data Refinitiv. Padahal pagi tadi riyal sempat melemah 0,34% ke level Rp 3.780.
Pulihnya sentimen terhadap aset berisiko pelaku pasar membuat rupiah menguat di awal perdagangan. Kecemasan akan perang dagang sedikit mereda setelah AS menunda bahkan kenaikan bea impor dari China, bahkan ada beberapa produk yang batal dinaikkan tarifnya.
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, memberikan sinyal positif terkait negosiasi dagang dengan China.
Terbaru, Lawrence Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengungkapkan tim negosiasi dagang AS dan China akan berkomunikasi secara intensif dalam 10 hari ke depan. Apabila komunikasi ini positif, maka rencana dialog dagang di Washington pada awal September bisa terlaksana.
Setelah perang dagang, kecemasan akan perang mata uang juga mulai mereda setelah bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) tidak lagi mendevaluasi kurs yuan. Terakhir kecemasan akan terjadinya resesi di AS juga mereda, setelah yield obligasi (Treasury) AS tidak lagi mengalami inversi.
Tetapi sentimen negatif kembali menyerang negara-negara emerging market khususnya wilayah Asia Tenggara setelah Thailand melaporkan data pertumbuhan ekonomi.
Thailand membukukan pertumbuhan ekonomi 2,3% year-on-year (YoY) di kuartal II-2019, laju terlemah sejak kuartal III-2014. Sentimen negatif dari data Thailand tersebut turut menyeret rupiah, hingga batal menguat melawan riyal.
Sepanjang bulan Agustus riyal berhasil menguat 1,55% melawan rupiah, berikut tabel pergerakannya di pasar spot berdasarkan data Refinitiv.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article 4 Hari Ditekan Rupiah, Riyal Arab Saudi Bangkit!
Pada pukul 15:20 WIB, riyal diperdagangkan di kisaran Rp 3.794 di pasar spot, melansir data Refinitiv. Padahal pagi tadi riyal sempat melemah 0,34% ke level Rp 3.780.
Pulihnya sentimen terhadap aset berisiko pelaku pasar membuat rupiah menguat di awal perdagangan. Kecemasan akan perang dagang sedikit mereda setelah AS menunda bahkan kenaikan bea impor dari China, bahkan ada beberapa produk yang batal dinaikkan tarifnya.
Terbaru, Lawrence Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengungkapkan tim negosiasi dagang AS dan China akan berkomunikasi secara intensif dalam 10 hari ke depan. Apabila komunikasi ini positif, maka rencana dialog dagang di Washington pada awal September bisa terlaksana.
Setelah perang dagang, kecemasan akan perang mata uang juga mulai mereda setelah bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) tidak lagi mendevaluasi kurs yuan. Terakhir kecemasan akan terjadinya resesi di AS juga mereda, setelah yield obligasi (Treasury) AS tidak lagi mengalami inversi.
Tetapi sentimen negatif kembali menyerang negara-negara emerging market khususnya wilayah Asia Tenggara setelah Thailand melaporkan data pertumbuhan ekonomi.
Thailand membukukan pertumbuhan ekonomi 2,3% year-on-year (YoY) di kuartal II-2019, laju terlemah sejak kuartal III-2014. Sentimen negatif dari data Thailand tersebut turut menyeret rupiah, hingga batal menguat melawan riyal.
Sepanjang bulan Agustus riyal berhasil menguat 1,55% melawan rupiah, berikut tabel pergerakannya di pasar spot berdasarkan data Refinitiv.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article 4 Hari Ditekan Rupiah, Riyal Arab Saudi Bangkit!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular